Briptu Norman yang belakangan ini sangat beken karena video dia sedang menyanyi diupload ke youtube, selalu memakai seragam polisi ketika bernyanyi pada acara-acara yang diadakan TV untuknya. Persepsi masyarakat tentang polisi pun mulai berubah. Polisi tidak hanya dilihat sebagai sosok yang tegas, gemar menembak, gemar menilang, suka marah-marah, dan hanya mengatur lalu lintas. Tapi polisi pun manusia, yang suka bernyanyi, yang cape dan ngantuk setelah seharian menunggu acara selesai sebagaimana diungkap sang briptu sendiri.
Memanusiakan polisi, itulah istilah yang akan saya pakai untuk melihat fenomena ini. Yaitu memunculkan kesadaran bahwa polisi bukanlah sebuah sosok yang jauh dari kita, bukan orang yang sudah dibrainwash sehingga tidak memiliki kesadaran manusia lagi. Polisi pun manusia. Sebagaimana katanya si Okky di acara DeRings, �Bapak polisi ya.... pantas, bapak telah menembak hatiku.� Tembakan polisi manusia ini tidak hanya menembak dengan peluru dan tidak berperasaan, tapi menembak dengan emosi.
Memanusiakan sesuatu itu artinya menghadirkan �sesuatu� itu secara riil. Mungkin kita sudah tahu bahwa polisi juga manusia. Dia bisa ketawa, bisa sedih, bisa putus asa. Tapi setiap kali kita melihat polisi, kita hanya melihat �sesuatu� bukan �seseorang� yang disebut polisi yang sifatnya �tidak seperti kita-kita ini�.
Memanusiakan polisi dapat diartikan ketika dengan sadar kita menyatakan �Oh ya, polisi juga kayak kita.�
Kita sering juga mendengar kisah Yesus. Yesus yang lahir dari perawan, Yesus yang mati di kayu salib, Yesus yang menyembuhkan. Tapi pernahkah kita memanusiakan Yesus? Apakah Yesus pernah sedih? Apakah Yesus pernah tertawa? Apakah Yesus juga merasakan takut seperti kita? Apakah Yesus sakit kalau dipukul.
Banyak orang terharu ketika melihat The Passion of Christ yang diperankan oleh Mel Gibson. Ternyata kita hanya mengatakan bahwa �Yesus itu juruselamat kita� tanpa pernah benar-benar merasakan nyeri di hati ketika membaca bahwa Yesus itu didera dan disalibkan. Dengan film tersebut, kita disentuh secara sadar untuk menyatakan bahwa Yesus pun manusia yang merasakan sakit dan takut luar biasa.
Demikianlah juga tablo yang akan diadakan pada hari Jumat tanggal 22 April 2011. Tablo seakan-akan hanya �drama Yesus�.
Tapi tablo sesungguhnya diadakan untuk Memanusiakan Yesus. Ketika kita melihat tablo, kita secara sadar akan merasakan bahwa sebagai manusia, Yesus sungguh-sungguh merasa sakit ketika dicambuk, dipaku, dan tergantung di kayu salib. Bahwa Yesus sungguh-sungguh darah dan daging. Ketika kita melihat tablo, kita secara sadar merasakan bahwa sisi manusia kita pun ada di antara orang-orang yang mengadili Yesus.
Di tablo itu, seluruh cerita tentang sengsara Yesus sungguh-sungguh berubah menjadi Sengsara Seorang Manusia. Memanusiakan Yesus, membuat yang tadinya sekadar cerita di buku menjadi kisah nyata yang dapat kita rasakan sendiri.
Mari kita memanusiakan Yesus, merasakan penderitaanNya sungguh menyatu di dalam diri kita manusia.
http://nasihatalkitab.blogspot.com/
http://nasihatalkitab.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment