Latest News

Wednesday, May 11, 2011

5 Ribu Rupiah, Semoga Bisa Jadi Beras Sekarung.


Paskah 2011 telah berlalu hampir 1 bulan, namun apakah sentuhan nilai berbagi pada tema Paskah kita juga ikut berlalu dalam keseharian kita?

Pada masa prapaskah segala upaya dalam merebut hati Yesus Doa, puasa, pantang, dan sebisa mungkin menyisihkan apa yang saya dapat dan miliki untuk di sumbangkan dan diberikan pada orang yang membutuhkan lebih diperbanyak. Berbagi senyum dan suka cita pun dalam arti menekan semua hawa emosi yang ada dalam diri sudah dilaksanakan untuk memperdalam tema Paskah yaitu �Mari Berbagi�.

Tapi mengapa tema berbagi ini rasanya seperti biasa saja. Bukan sesuatu yang menyentuh hati, saya merasa untuk hal menahan diri, puasa, pantang mungkin memang sedikit berbeda. Tetapi untuk hal berbagi? � ah di hari-hari biasapun saya juga berbagi sebisa mungkin.

Sampailah saya pada peristiwa minggu kemarin, minggu ketiga setelah Paskah. Peristiwa ini terjadi sewaktu saya pulang rapat di gereja. Sebelum rapat saya sudah makan sehingga nasi box rapat saya bawa pulang. Sesampai di depan gereja saya bertemu pemilik warung depan gereja, dan saya pikir nasi ini lebih baik diberikan padanya karena saya sudah makan siang ini. Saya rasa si penerima nasi tentu menerima dengan senang, hati saya pun senang lazimnya seorang yang habis berbagi.

Saya pun menyeberang jalan, berniat naik taksi. Lama dan panas, taksi yang ditunggu tidak lewat juga. Sewaktu saya menoleh gang dibelakang saya berdiri, saya melihat seorang wanita tua dengan daster, jalan ke arah luar gang. Saya pun acuh dan kembali kepala menoleh kiri dan kanan mencari taksi yang lewat.

Tiba-tiba ibu tua itu mendekati saya dan berkata lirih, �Nak, ibu boleh minta uang?�. Saya sempat kaget. Saya antara dengar dan tidak, karena suaranya begitu bergetar dan gesture tubuhnya begitu takut.

Lalu saya tanya lagi, �Ada apa bu?�

Jawabnya,�Ibu tidak punya beras. Boleh ibu minta uang untuk beli beras?�

Saya terpana melihatnya. Bajunya tidak seperti pengemis. Gayanya pun bukan seperti pengemis yang biasa spontan tengadah mengacung keatas. Ibu ini tak seperti pengemis, tak seperti gembel. Semakin lekat pandangan saya padanya , semakin ia tertunduk, seperti takut atau apapun itu yang menggambarkan bahwa ia bukan pengemis.

Hati saya iba, tapi otak saya berpikir, hari ini saya tidak membawa uang banyak, dan uang memang sedang dihemat untuk usaha baru saya. Uang yang saya punya hanya kira-kira cukup untuk naik taksi . Kalau saya berikan saya tak bisa naik taksi, padahal udara begitu menyengat.
Keputusan harus diambil cepat. Akhirnya saya putuskan saya ambil 5000 rupiah untuk ibu itu. Saya ikhlas jika saya harus berganti mikrolet saja. Saya berikan uang itu padanya, sambil saya katakan, �Ibu , saya hanya bisa kasih segini. Maaf ya, bu�.

Ibu itu mengangguk perlahan dan berjalan sambil menundukkan kepala. Sepintas entah benar atau tidak yang saya lihat, air mata ada di sudut mata. Terpana hati ini melihatnya berlalu. Begitu tersadar rasa hati begitu menyesal. Mengapa tidak saya beri ibu itu lebih dari sekedar 5000 rupiah? Segera saya berdoa dalam hati, �Tuhan maafkan saya, semoga uang 5000 itu bisa kau tambahkan menjadi sekarung beras dengan caraMu�.

Dua peristiwa berbagi saya alami pada saat yang begitu berdekatan. Yang pertama, berbagi namun dalam keadaan berkecukupan (sudah makan sehingga nasi box yang saya miliki jika saya berikan orang lain tak akan mengurangi apa yang sudah saya miliki dan rasakan). Yang kedua , berbagi dalam keadaan saya membutuhkan juga dari apa yang saya miliki. Dari dua peristiwa itu, mengapa rasa aneh hanya saya miliki pada peristiwa kedua, padahal keduanya saya berikan dengan keadaan ikhlas.

Itulah sebab beberapa hari ini kubawa ibu itu dalam doa yang gelisah, sampai pagi ini saya menyaksikan suatu acara salah satu stasiun televisi. Acara itu menceritakan kisah bagaimana seorang ibu begitu inginnya bertemu dengan penolongnya yang 10 tahun lalu telah menolongnya. Si ibu bernama Tukiyem, dan ibu Rahayu adalah sang penolong.

Ibu Tukiyem memiliki 10 orang anak dan sedang dalam keadaan susah dan berkekurangan. Suatu hari ia datang tanpa sengaja ke toko ibu Rahayu dan meminta bantuan. Bukan uang yang didapat, tetapi ibu Rahayu memberinya sebuah panci presto.

Ibu Tukiyem berterima kasih, namun bingung untuk apa panci itu. Rupanya Tuhan membuka pikirannya, maka dibelinya beberapa ikan bandeng dengan sisa uang yang ada padanya. Lalu dijualnya ikan hasil masakannya yang diolah dengan panci presto pemberian ibu Rahayu.
Doanya hanya satu, semoga ikannya yang hanya beberapa ekor itu laku terjual. Syukurlah, Allah sungguh membantunya. Ikan terjual habis, anaknya bisa makan meski sedikit, dan sebagian besar uangnya ia belikan lagi ikan yang jumlahnya ditambah. Akhirnya dari beberapa ikan , ibu Tukiyem jadi bisa menyekolahkan kembali anak-anaknya.

Kini di usia tua ia ingin menemui ibu Rahayu yang telah menolongnya sebagai rasa syukur, karena akhirnya keluarganya bisa bertahan. Ternyata pencariannya yang lama, membuahkan hasil. Ibu Rahayu yang dicarinya berhasil ditemukan. Ibu Rahayu sendiri telah lupa dengan ibu Tukiyem. Tetapi setelah diceritakan ulang, ibu Rahayu kembali teringat. Sewaktu ditanyakan mengapa memberikan ibu Tukiyem panci, ibu Rahayu hanya mengatakan, �hanya itu yang bisa saya berikan pada ibu karena uang belum ada masuk toko dan mendoakan semoga panci itu jadi berkat buatnya ( ibu Tukiyem).�

3 peristiwa diatas membuat saya berpikir dan berani mengatakan (paling tidak pada diri saya sendiri). Bahwa disamping hal rela serta ikhlas, berbagi jauh lebih menjadi berkat bila:
1. Berbagilah dengan disertai doa.
2. Berbagilah dengan apa yang kita bisa dan punya. Bukan soal nilai , karena semua yang sedikit dan kurang Tuhan yang akan melengkapi.
3. Meskipun kita juga dalam keadaan berkekurangan , tetaplah menjadi berkat buat orang lain.

Sebab kata Yesus kepada murid-muridNya �Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya." � Mat 12 41:44

Biarlah setiap hari menjadi Paskah buat kita. Tetaplah berbagi, Tuhan memberkati.

http://nasihatalkitab.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment

Recent Post