Kenapa begitu? Makanan yang dekat dengan sumbernya memiliki banyak variasi tapi tidak kehilangan ciri khasnya. Koki di pusat makanan itu memahami ciri khas itu sehingga tidak kuatir bereksperimen dengan rasa lainnya. Sementara koki di Belanda hanya belajar dari resep-resep yang ada atau dari youtube, tapi tidak memahami rasa-rasa apa saja yang tidak boleh hilang dari masakan itu. Hasilnya, mereka tidak mampu berkreasi terlalu jauh karena kuatir makanan mereka tidak lagi disebut Sate Madura atau Rica Manado.
Sama dengan orang Farisi di bacaan pertama. Ia tidak melekat kepada sumber kehidupan yaitu Yesus. Ia kuatir kehilangan kekhasan yang akan membuatnya masuk ke Kerajaan Surga. Oleh karenanya ia hanya bertahan kepada apa yang telah diketahuinya: hukum Taurat dan kewajiban bersunat. Sementara Paulus dan Barnabas adalah orang-orang yang melekat pada Yesus seperti ranting anggur dan pokoknya. Mereka tidak kuatir tentang hal-hal teknis itu. Fokus mereka adalah pewartaan kabar sukacita di mana pun mereka berada. Demikianlah kita perlu seperti Paulus dan Barnabas, melekat erat pada sang Pokok Anggur sejati, agar kita tidak kuatir pada hal-hal tambahan, melainkan fokus pada yang utama: Kerajaan Allah bagi seluruh manusia.
-------------------
Rabu, 17 Mei 2017
Rabu Pekan Paskah V
Bacaan Pertama:Kis 15:1-6
Mazmur: Mzm 122:1-2.3-4a.4b-5
Bacaan Injil: Yoh 15:1-8
No comments:
Post a Comment