Latest News

Tuesday, April 19, 2011

Memanusiakan Yesus Lewat Tablo

Briptu Norman yang belakangan ini sangat beken karena video dia sedang menyanyi diupload ke youtube, selalu memakai seragam polisi ketika bernyanyi pada acara-acara yang diadakan TV untuknya. Persepsi masyarakat tentang polisi pun mulai berubah. Polisi tidak hanya dilihat sebagai sosok yang tegas, gemar menembak, gemar menilang, suka marah-marah, dan hanya mengatur lalu lintas. Tapi polisi pun manusia, yang suka bernyanyi, yang cape dan ngantuk setelah seharian menunggu acara selesai sebagaimana diungkap sang briptu sendiri. 

Memanusiakan polisi, itulah istilah yang akan saya pakai untuk melihat fenomena ini. Yaitu memunculkan kesadaran bahwa polisi bukanlah sebuah sosok yang jauh dari kita, bukan orang yang sudah dibrainwash sehingga tidak memiliki kesadaran manusia lagi. Polisi pun manusia. Sebagaimana katanya si Okky di acara DeRings, �Bapak polisi ya.... pantas, bapak telah menembak hatiku.� Tembakan polisi manusia ini tidak hanya menembak dengan peluru dan tidak berperasaan, tapi menembak dengan emosi. 

Memanusiakan sesuatu itu artinya menghadirkan �sesuatu� itu secara riil. Mungkin kita sudah tahu bahwa polisi juga manusia. Dia bisa ketawa, bisa sedih, bisa putus asa. Tapi setiap kali kita melihat polisi, kita hanya melihat �sesuatu� bukan �seseorang� yang disebut polisi yang sifatnya �tidak seperti kita-kita ini�. 
Memanusiakan polisi dapat diartikan ketika dengan sadar kita menyatakan �Oh ya, polisi juga kayak kita.�

Kita sering juga mendengar kisah Yesus. Yesus yang lahir dari perawan, Yesus yang mati di kayu salib, Yesus yang menyembuhkan. Tapi pernahkah kita memanusiakan Yesus?  Apakah Yesus pernah sedih? Apakah Yesus pernah tertawa? Apakah Yesus juga merasakan takut seperti kita? Apakah Yesus sakit kalau dipukul. 

Banyak orang terharu ketika melihat The Passion of Christ yang diperankan oleh Mel Gibson. Ternyata kita hanya mengatakan bahwa �Yesus itu juruselamat kita� tanpa pernah benar-benar merasakan nyeri di hati ketika membaca bahwa Yesus itu didera dan disalibkan. Dengan film tersebut, kita disentuh secara sadar untuk menyatakan bahwa Yesus pun manusia yang merasakan sakit dan takut luar biasa. 

Demikianlah juga tablo yang akan diadakan pada hari Jumat tanggal 22 April 2011. Tablo seakan-akan hanya �drama Yesus�. 

Tapi tablo sesungguhnya diadakan untuk Memanusiakan Yesus. Ketika kita melihat tablo, kita secara sadar akan merasakan bahwa sebagai manusia, Yesus sungguh-sungguh merasa sakit ketika dicambuk, dipaku, dan tergantung di kayu salib. Bahwa Yesus sungguh-sungguh darah dan daging.   Ketika kita melihat tablo, kita secara sadar merasakan bahwa sisi manusia kita pun ada di antara orang-orang yang mengadili Yesus. 

Di tablo itu, seluruh cerita tentang sengsara Yesus sungguh-sungguh berubah menjadi Sengsara Seorang Manusia.  Memanusiakan Yesus, membuat yang tadinya sekadar cerita di buku menjadi kisah nyata yang dapat kita rasakan sendiri. 




Mari kita memanusiakan Yesus, merasakan penderitaanNya sungguh menyatu di dalam diri kita manusia.


http://nasihatalkitab.blogspot.com/

Wednesday, April 6, 2011

Anjing yang Pintar

Seorang penjual daging melihat seekor anjing di tokonya dan mengusirnya. Tapi anjing itu kembali lagi. Ia menghampiri anjing itu dan melihat ada catatan di mulutnya: "Tolong sediakan 12 sosis, uangnya dimulut anjing ini."

Si penjual melihat ada uang $10. Diambilnya uang itu dan ia memasukkan sosis ke kantung plastik dan diletakkan di mulut si anjing.

Si penjual sangat terkesan. Kebetulan saat itu waktu tutup toko. Ia menutup toko dan mengikuti si anjing yang berjalan ke tempat penyeberangan. Si anjing meletakkan plastiknya, melompat dan menekan tombol penyeberangan. Anjing itu menunggu sampai lampu boleh menyeberang menyala hijau dan ia menyeberang. Anjing tersebut sampai di halte bus dan melihat papan informasi, kemudian duduk.

Sebuah bus datang. Si anjing melihat nomor bus, kemudian kembali duduk. Bus lain datang, dan yakin bus ini benar, si anjing naik...!

Si penjual kagum mengikuti anjing itu. Akhirnya si anjing berjalan ke depan bus. Ia berdiri dengan kedua kaki belakangnya dan kaki depannya menekan tombol bus supaya berhenti. Kemudian ia keluar dan berhenti di depan sebuah rumah dan meletakkan kantung plastik isi sosis lalu membentur-benturkan kakinya ke pintu rumah itu.

Seorang pria membuka pintu dan langsung memukuli, menendang, serta menyumpahi anjing tersebut!
Si penjual berlari untuk menghentikan pria tersebut.
"Apa yang kau lakukan? Anjing ini sangat jenius..."

Pria itu menjawab, "Kau bilang anjing ini pintar??? Dalam minggu ini sudah 2x anjing ini lupa membawa kunci...!"

Teman, betapa seringnya kita melupakan sisi positif dari orang lain hanya karena beberapa kelalaian, kesalahan tindak dan kata dari orang tersebut yang langsung menyinggung kita. Kita tidak melihat dulu kesengajaan atau tidak, tidak melihat dulu apakah memang hal tersebut terkait dengan kenyataan atau tidak, atau bahwa mungkin saja orang tersebut tidak mampu melakukan apa yang kita harapkan dari dia.

Teman...
Dulu saya berpikir bahwa orang Jawa dengan pepatahnya "Alon-alon asal kelakon" itu menunjukkan sifat orang Jawa yang malas-malasan dan beralasan agar dapat berlambat-lambat. Namun kemarin baru saya menyadari, nasihat itu adalah agar kita yang memiliki kemampuan bekerja cepat dan tepat, mampu menunggu teman-teman kita yang lebih lambat karena kekurangan mampuannya pada bidang-bidang tertentu.

Teman...
Memang di dunia yang baru ini kita dituntut secara cepat. Namun apakah kecepatan harus membuat kita memandang rendah orang yang lebih lemah daripada kita?

Sabarlah teman... semua yang direncanakan Tuhan akan berhasil tepat pada waktuNya. Tidak perlu melukai hati sesamamu untuk hal yang pasti akan terjadi. Bersabarlah...

Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,kelemahlembutan, penguasaan diri. - Gal 5:22-23

Disadur dari sumber luar

Tuesday, April 5, 2011

Suatu Malam di Taman Getsemani

Teman-teman pasti sudah hafaaaaal banget dengan ayat ini:

HatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah disini dan berjaga-jagalah dengan Aku (Mat 26:38)

Gereja Katholik menjawab permohonan (permohonan lho... yang artinya lebih dalam daripada permintaan) Yesus itu dengan sangat serius yaitu dengan Tuguran, yaitu tradisi berdoa dan berjaga-jaga bersama Kristus di depan Sakramen Maha Kudus. Adakah teman-teman pernah ikut tuguran?

Apa sich sebenarnya yang kita cari pada saat Tuguran? Ada beberapa momen yang bisa didapat pada saat Tuguran..

1. Kedekatan Fisik dengan Tuhan Yesus
Kapan lagi kita dapat bersama dengan begitu dekat dengan Tuhan Yesus. Sakramen Maha Kudus adalah Tuhan Yesus sendiri yang secara fisik berada di antara kita. Kalau kita ingin merasakan Tuhan Yesus, maka di dekat Sakramen Maha Kudus itu bayangkanlah Tuhan Yesus dalam wujudnya yang paling kamu sukai sedang duduk. Maka lama kelamaan, kamu akan merasakan ketenangan yang tak pernah kamu rasakan sebelumnya. Dan kamu akan benar-benar merasakan kehadiranNya pada saat itu di tempat itu.

2. Saat-saat tenang dan merenungi hidup dan kehidupan
Kita sering kali bilang sama Tuhan bahwa kita tidak punya waktu untuk berdoa, untuk bersama dengan Tuhan, untuk memikirkan hidup kita sendiri... Tapi di dalam Tuguran kita tidak diajak untuk berdoa bersama. Doa bersama hanya untuk memicu hati kita sendiri untuk memikirkan hidup kita, apa yang telah kita lakukan � yang baik, yang buruk, yang kita sukai, dan yang tidak kita sukai dari diri kita sendiri. Artinya, saat itulah kita benar-benar memiliki waktu untuk diri kita sendiri, bebas dari dunia yang sering kali mengekang kita.

3. Menjawab permohonan Tuhan Yesus.
Kita sering kali menganggap enteng permohonan seseorang, baik itu orangtua kita, saudara kita, teman kita. Tapi cobalah jawab satu permohonan saja, yaitu dari Dia yang telah bersedia mati bagi kita. Permohonan yang diungkapkan pada saat kegelisahan dan ketakutanNya menghadapi kematian. Coba bayangkan bagaimana perasaan kita bila kita tahu bahwa kita akan mati dan matinya menderita? Nah, tidakkah kita ingin menemani orang tersebut, apalagi kita tahu bahwa Dia mati adalah demi kita, dan bukan demi diriNya sendiri?

Teman, kalau kamu belum merasakan kedekatan denganNya secara pribadi, maka anggaplah Tuguran sebagai kesempatan emas untuk merasakan itu. Kalau kamu merasa Dia tidak adil, tidak memperhatikan kamu, maka mengadulah pada saat Tuguran, yaitu ketika kamu akan mendengar jawaban langsung dariNya. Sampai bertemu dengan Tuhan Yesus...

He Who Angers You, Conquers You

Pernahkah kamu merasa begitu marah, sehingga dadamu begitu sesak, tidak bisa bernapas, namun juga tidak tahu mau berbuat apa? Marah kepada siapa? Dan bagaimana menyelesaikannya?

Sekarang banyak sekali status-status di Facebook yang menyedihkan.

Kata-kata kotor yang tidak boleh dikeluarkan saat berhadapan muka dengan orang tersebut, dituliskan di status FB sehingga semua orang menjadi tahu apa yang kamu rasakan. Seolah-olah dengan mengatakannya, "dia" yang menyakiti hati kamu menjadi sadar akan apa yang telah dilakukannya.

"Sharing" kemarahan kepada setiap pembaca dengan tidak mempertimbangkan perasaan orang yang kamu marahi karena aibnya telah kamu buka di depan umum. Kamu ceritakan semua kejelekannya, semua cacatnya, semua yang membuatnya malu

Seolah-olah dengan mengadu kepada dunia, kamu membuatnya sadar akan kesalahannya, sadar bahwa dia telah membuatmu sakit hati, dan kemarahanmu hilang.

Benarkah demikian? Benarkah kemarahanmu hilang dengan mengadukan semua keburukannya kepada semua teman-teman kamu? Jawaban yang jujur adalah tidak. Sakit hati kamu tetap di tempatnya dan bertambah besar terutama bila jawaban dari "teman-teman" kamu mendukung kamu. Kamu akan tambah merasa benar, dan dia akan bertambah salah di matamu.


Namun cobalah lihat dari sisi lain.
Dengan memberitakan keburukannya, kamu tidak lebih baik daripada dia yang telah menyakiti hati kamu. Kamu pun menyakiti hati dia, mempermalukannya. Apakah kamu dapat mengubah sikapnya dan memperbaiki kesalahannya dengan menyakiti dia?

Teman, Tuhan Yesus berkata: "Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat." - Luk 6:35

PerkataanNya bukan tanpa alasan. Dengan tidak balik menyakitinya, kita memiliki kesempatan untuk menyatakan sakit hati kita kepadanya secara terus terang dan personal (empat mata). Dengan melihat segala sesuatu dengan tenang, kita memiliki kesempatan untuk "membalas" sakit hati kita dengan melihat sorot penyesalan di matanya. Dengan tidak menyakitinya, kita memiliki kesempatan untuk memperbaiki hubungan yang rusak walaupun tidak sesempurna sebelumnya.

Seorang bijak berkata: "Dia yang membuat kamu marah, merupakan penguasa atas kamu." Demikian pula yang sering dikatakan oleh ayahku. Maka, janganlah membuat kemarahan menjadi penguasa atas kamu, dan janganlah membuat orang berkuasa atas kamu karena kemarahanmu.

Doakanlah mazmur ini ketika hatimu panas, dadamu sesak, dan matamu buram karena kemarahan: Kasihanilah aku, ya TUHAN, sebab aku merasa sesak; karena sakit hati mengidaplah mataku, meranalah jiwa dan tubuhku.- Mzm 31:10

Sharing Bisa di Mana Ajah

Hari Minggu kemarin saya pergi ke Misa di gereja kita dan menemukan satu kejadian yang sangat ingin saya sharingkan kepada teman-teman.

Ketika saya datang dan memilih tempat di tengah, kebetulan satu bangku panjang itu baru terisi oleh 1 orang kakek. Lalu saya dan teman saya memilih duduk di ujung kursi seperti biasa.

Setelah berdoa, kakek yang duduk di tengah itu menggeser duduknya ke arah kami dan tersenyum. Lalu ia bertanya: "Nak, apakah kamu ikut koor?"... sambil menunjuk ke arah anggota koor yang sedang bersiap-siap di samping gereja. Saya menggeleng. Katanya lagi, "Dulu saya ingiiiiin sekali ikutan koor, bernyanyi dan memuji Tuhan. Sayangnya tidak bisa, suara saya jelek dan napas saya tidak kuat. Rasanya sediiiih sekali. Kok pengen memuji Tuhan saja susah ya."

Waktu mendengar itu hati saya tersentak... ya ampun, begitu banyaknya orang yang bila diajak untuk melayani Tuhan kok kayaknya susaaah sekali. Padahal kakek ini yang sudah begitu tua, malah begitu kepengen melayani Tuhan sehingga ketidakmampuan itu begitu disesali olehnya.

Lalu si kakek bercerita tentang hidupnya, bahwa ia begitu banyak mengalami kegagalan dibandingkan teman-teman seangkatannya. Tidak bisa ikut lomba, tidak bisa ikut koor, dan akhirnya hidupnya pun biasa-biasa saja.

Wah, saya pikir, ini kakek udah mulai complain soal hidupnya... pembicaraan menjadi kurang menarik.

Lalu si kakek melanjutkan, dia bilang, "Tapi saya sangat bersyukur kepada Tuhan. Walaupun saya tidak bisa melayaniNya, tapi Dia begitu baik. Dia masih membiarkan saya hidup sampai saat ini. Padahal adik-adik saya yang lebih kuat dan sehat sudah meninggalkan dunia ini. Teman-teman seangkatan saya yang sudah banyak yang berpulang. Tapi saya.... saya masih hidup sampai umur setua ini, bahkan saya masih sanggup pergi ke gereja sendirian tanpa bantuan." Memang dia datang sendirian ke situ.


Saat itu hati saya tersentuh. Saya langsung berdoa dalam hati, "Tuhan, kakek ini begitu kesepian. Lihat, ia bercakap-cakap dengan orang yang tidak ia kenal sama sekali, hanya karena ia percaya bahwa umatMu adalah saudaranya juga. Ia begitu merasa kecil dan tak berdaya, ia tak bisa bernyanyi memuliakan namaMu. Ia juga pasti sudah begitu banyak mengalami kepahitan dalam hidupnya. Namun apa yang dilakukannya? Hatinya tidak menjadi pahit terhadapMu. Malah ia dengan modal kesepiannya, ia malah memberitakan kebaikanMu pada semua orang."

Teman, Tuhan tidak hanya menggunakan kita dalam segala kelebihan kita... kekayaan, pengetahuan dan ketrampilan kita, ataupun kemampuan kita memiliki banyak teman. Tuhan juga menggunakan kita dalam segala kekurangan kita, .... kesepian, kegagalan, kesedihan, rasa putus asa, kepahitan hidup, luka-luka dan penyakit kita. Semua digunakanNya, asal kita mau untuk mengatakan "Ya Tuhan, pakailah diriku."

Maka janganlah kita mengatakan, Tuhan aku tidak bisa, Tuhan aku tidak mau karena aku merasa kurang, Tuhan aku malu...

Si kakek tidak tahu, bahwa dengan kesepiannya itu sebenarnya ia telah memuliakan Tuhan. Ia sebenarnya sudah bernyanyi memuliakan namaNya, sebagaimana diimpikan olehnya, ketika ia mensyukuri hidupnya dan membagi rasa syukur tersebut kepada aku dan temanku, kepada orang-orang yang duduk di depan dan belakangnya sebagaimana yang ia lakukan ketika selesai ngobrol dengan kami.

Maka katakanlah pada Tuhan: "Ya Tuhan, saya tidak tahu bagaimana caranya.... Tuhanlah yang tahu, namun aku mau Engkau pakai. Pakailah diriku untuk kemuliaanMu." Selamat menjawab panggilan Tuhan.

"Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun." - Yak 1:4

Recent Post