�Hidup sebagai anak-anak terang�. Betul, istilah ini diambil dari perikop yang ada di Alkitab dalam �Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus Bab 5�, yang isinya antara lain kita diajak untuk menjadi penurut-penurut Allah, yang mengasihi, yang bebas dari kecemaran, yang tahu bersyukur, senantiasa bernyanyi dan bersorak bagi Tuhan. Yang kalau dirangkum isi sebenarnya yaitu : �Anak Terang adalah pribadi yang menghasilkan buah kebaikan, keadilan dan kebenaran�.
Membaca suatu artikel suatu media membuat hati saya tergelitik untuk menulis ini. Isi pada artikel tersebut memuat bagaimana seorang wanita ( seorang ibu ) bernama Amy Chua yang juga professor ilmu hukum di Universitas Yale, Amerika Serikat, menulis sebuah buku yang isinya tentang bagaimana ia mendidik anak-anaknya, menurutnya cara China berbeda dengan cara orang Amerika dalam pola pengasuhan anak, menurutnya pula orang China memiliki standar yang lebih tinggi dan unggul dibandingkan dengan orang tua di Barat.
Contohnya ibu China menekankan bahwa anak mereka harus berhasil dalam pendidikan, keberhasilan anak-anak berarti keberhasilan orang tua. Amy tidak pernah mengijinkan anaknya bermain, menginap dirumah temannya, memilih sendiri kegiatan ekstra kurikulernya termasuk menonton TV dan bermain dengan komputer, juga tidak boleh bermain musik lain kecuali yang sudah dipilih anaknya untuk ditekuni, serta harus mendapat nilai A untuk seluruh mata pelajaran kecuali pelajaran tertentu. Sementara menurutnya, orang Barat tidak pernah memaksakan anak untuk belajar.
Orang tua di Barat menerapkan, belajar harus menjadi kegiatan yang menyenangkan. Orang tua di Barat akan berputar-putar untuk bicara istilah kesehatan walau hanya untuk mengatakan pada anaknya, �kamu gendut�, atau �kamu bodoh�. Orang tua Barat terlalu mementingkan kondisi fisik anak-anaknya, harga diri anak-anaknya. Amy tidak segan mengatakan kamu sampah pada anaknya bila mereka gagal. Sehingga pernah ada sekali waktu tetangga Amy marah besar pada Amy ketika ia berkata demikian pada anaknya ketika gagal. Padahal menurutnya, umpatan itu efektif dan membuat merasa bersalah tapi tidak meluluhkan kepercayaan diri.
Menurutnya orang Barat juga khawatir bila terjadi kegagalan pada anak, membuat mereka memanjakan anak. Itu sebab mengapa Amerika cenderung makin melemah perekonomiannya karena anak Amerika kurang memiliki daya juang. Prinsip bahwa anak-anak meminjam dari orang tua diterapkan dalam pendidikan China, sehingga anak China tidak pernah dianggap rapuh, semua harus berjuang sama tanpa perbedaan kondisi fisik.
Menurut Amy pola pengasuhan ini merupakan warisan dari orang tuanya, warisan orang tua China adalah: ambisius, pendidikan tinggi, hormat orang tua, hemat, menjunjung kebanggaan, harga diri dan tanggung jawab.
Ulasan diatas hanya sebagai wawasan buat pembaca yaitu bagaimana pola- pola pendidikan diterapkan dalam lintas dunia, dengan kultur budaya yang berbeda, situasi politik dan ekonomi yang berbeda dengan kondisi di Indonesia. Bahkan keturunan China sekalipun di Indonesia sudah amat berbeda.
Disini saya hanya akan menekankan bahwa, Sebagai orang tua tentu dengan pola budaya yang ada, yang kita miliki dimasing-masing kultur, pola-pola yang baik tentu itu yang akan kita wariskan pada anak.
Sebagai orang tua Katolik apa yang berharap anak kita bisa jadi anak terang, apa yang akan kita wariskan ya? Mari kita renungkan bersama.
Harta, kekayaan, kejayaan sering menjadi tujuan utama hidup. Tidak salah memang. Namun apa arti semua itu kalau kita penuh kecemaran yang menjauhkan kita dari Kerajaan Allah? Seberapa hebatpun pola kita mendidik, semua itu akan jadi tidak berarti.
Jadi apa sih sebenarnya yang bisa kita wariskan pada anak kita untuk bisa jadi Anak terang?
1. Wariskanlah hukum: Beri pengetahuan pada anak-anak tentang hukum Tuhan. Sebagian orang katolik menganggap 10 perintah Allah sekedar hafalan. Padahal melalui nas yang terkandung didalamnya, kita belajar menempatkan Allah ditempat yang tertinggi. Hari Tuhan adalah saat dimana kita bisa dekat dengan Allah dalam Ekaristi. Tahu menghormati orang tua dan masih ada 7 muatan lagi didalam 1 paket hukum Allah itu. Seluruh isi Alkitab bisa menjadi nara sumber kita. Untuk mengajari mereka, mau tak mau kita juga harus membuka Alkitab.
2. Wariskanlah Kasih: Bagaimana seseorang bisa mengasihi orang lain kalau dirinya tidak tahu bahwa ia dikasihi. Anak kita hebat tapi seperti monster, tentu bukan pilihan kita kan? Memarahi hanya akan membuat luka batin. Merangkul dengan kasih menjadi sumber ketenangan mereka untuk berpikir mana yang baik dan buruk. Selalu jadilah sumber senyum untuk anak kita. Agar mereka juga menjadi sumber senyum buat dunia.
3. Wariskanlah doa: Biarkan anak-anak mendengar bagaimana kita mendoakan mereka, dan mengajari mereka mendoakan sebaliknya. Ini penting supaya anak-anak tahu bahwa ada satu pribadi yang senantiasa menemani setiap orang. Pribadi yang mendengarkan, pribadi yang meneduhkan hati, menyelamatkan, menghibur. Pribadi yang selalu hadir dalam setiap peristiwa hidup kita, yaitu Tuhan. Supaya anak-anak juga bisa mendoakan orang lain, dan tahu bagaimana bersyukur.
4. Yang terakhir, wariskanlah teladan yang baik pada anak-anak kita. Jangan sekedar melarang, tapi lakukan juga sebagai teladan. Apa pedoman kita sebagai orang tua? Jawabnya : ya kembali lagi pada 3 poin di atas. Jadilah diri kita sebagai guru buat anak-anak kita, artinya � digugu dan di tiru� yaitu didengarkan, dijadikan idola dan teladan dan akhirnya ditiru.
Tidak mudah memang dan tidak sesederhana itu, karena kita sendiri belum tentu mendapat warisan itu dari orang tua kita. Tetapi semua bisa, dengan bimbingan Roh Allah sendiri. Jadi biarlah pribadi kita diset bahwa kita anak Allah. Allah Bapa adalah ayah kita, sehingga kita dapat warisan dari Allah. Sehingga kita bisa wariskan juga pada anak-anak kita.
Semoga anak-anak kita menjadi anak terang. Semoga.http://nasihatalkitab.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment