Tapi baru-baru saja ada kejadian luar biasa, kasus Lazarus yang terulang kembali. Ponakan teman saya yang bernama Etha, baru berumur 14 tahun, masuk rumah sakit karena pusing dan muntah-muntah. Ternyata dia didiagnosa menderita pendarahan otak yang cukup parah sehingga masuk dalam kondisi kritis dan koma dalam waktu singkat. Kami teman-teman Etha segera saling ber-sms untuk mendoakan ponakan Etha. Sorenya kami mendapat kabar bahwa anak tersebut telah meninggal. Maka kami pun saling mengirimkan sms turut berduka cita
Lima jam kemudian, kami mendapat kabar dari Etha, bahwa ponakannya kembali hidup...! Walaupun dalam kondisi koma dan masih kritis, akan tetapi jantungnya kembali berdenyut. Maka kami pun berjanji akan tetap mendoakannya.
Malamnya, saya merenungkan betapa banyaknya teman-teman saya yang sedang menderita sakit. Dari sakit flu biasa, muntah-muntah, stroke, jantung, dan lainnya.
Maka saya pun mengajak teman untuk mendoakan mereka semua secara bersama-sama, malam itu juga. Di dalam doa kami, masing-masing dari kami menyebutkan nama teman-teman kami yang sedang menderita. Nama demi nama terus bermunculan. Nama-nama itu sudah kami lupakan karena sudah lama tidak bertemu.
Begitu kami selesai berdoa, kami saling tertegun dan menyadari betapa banyaknya orang yang menderita di dunia ini. Tidak perlu seluruh dunia... cukup dunia kecil kita pun penuh dengan penderitaan. Dan di dalam penderitaan dunia kecil kita selalu dipanggil untuk mendoakan, mengingatkan sesama kita dengan kasih Tuhan Yesus.
Dan ketika kita memperhatikan sesama kita, maka penderitaan kita tidak terasa berat lagi.
Marilah kita mencontoh orang Samaria dalam Lukas 10 yang hatinya tergerak oleh belas kasihan, dan ia menunjukkan kasih yang diinginkan oleh Tuhan Yesus untuk kita tunjukkan kepada sesama kita
"Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan." - Luk 10:33
No comments:
Post a Comment