Tidak ada orang yang pernah tidak mengalami beban yang berat bukan? Waktu aku mengalami suatu kesulitan, seluruh pikiranku kembali membayangkan kejadian-kejadian dalam hidupku. Terpikir olehku, mengapa hidupku begitu sulit. Tantangan demi tantangan kuhadapi, dan seperti tidak pernah ada waktu untuk beristirahat dari kesulitan-kesulitan itu. Lalu kutanya pada Bapa: Bapa... apa yang Kauinginkan dariku? Tidakkah cukup Kau beri sedemikian banyak derita bagi tubuhku dan duri bagi jiwaku? Sekarang sekali lagi Kau cobai aku lagi.
Kemudian setelah beberapa lama merenungi konsep pencobaan dari Tuhan dan kesulitan yang sedang kuhadapi, aku mulai berpikir: "mengapa aku selalu meminta, meminta, dan meminta? Kapan aku pernah bersyukur pada Tuhan?"
Teman-teman sekarang mungkin akan bosan melihat frase "Kapan aku pernah bersyukur pada Tuhan." Karena waktu dulu pun aku sering bilang begitu. "Ah, bersyukur dan bersyukur. Tak habis2nya kita disuruh bersyukur. Apa yang harus kita syukuri? Setiap hari kita bernapas? Indera kita lengkap? Bosan...." kataku dulu.
Tapi hari itu, aku coba untuk bersyukur. Sulit sekali rasanya.
Pertama-tama kukatakan: "Terima kasih Tuhan atas pagi ini aku boleh bekerja kembali." Hening sejenak lalu, "Terima kasih Tuhan karena aku boleh mengenalMu." Hening lagi, lalu "Terimakasih Tuhan untuk kesehatanku sampai pada pagi ini."
Kemudian...
Entah dari mana, kalimat-kalimat syukur berikutnya mengalir tanpa henti: "Terimakasih Tuhan atas orangtua yang cukup sabar dan selalu mengasihiku. Terimakasih Tuhan karena aku boleh didampingi oleh berbagai kawan baik yang sungguh mendukung aku. Terimakasih .... terimakasih .... terimakasih .... dan begitu banyak terimakasih terucap hari itu.
Begitu aku selesai mengucapkan segala syukur itu (itupun karena motorku sudah sampai di parkiran sehingga aku harus masuk kantor), maka aku langsung menyadari bahwa rasa syukur tidak diucapkan oleh raga kita, mulut kita, melainkan seluruh roh dan jiwa kita bersyukur dan memuji Tuhan.
"Pujilah dia hai jiwaku," kata-kata dari pengarang Mazmur ini memang sesungguhnya benar dan telah kubuktikan pada hari itu. Cobalah, teman, maka kamu akan merasakan betapa sukacitanya memuji Tuhan dengan seluruh jiwa raga, hati dan rohmu.
Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu;
puji-pujian kepadaNya tetap di dalam mulutku - Mzm 34:2-3
Monday, November 15, 2010
Ketika kita memuji Tuhan, roh kitalah yang sesungguhnya berkata-kata
Ketika kita memuji Tuhan, roh kitalah yang sesungguhnya berkata-kata
Reviewed by JMG
on
November 15, 2010
Rating: 5
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment