Kompas hari Jumat memberitakan Tentara Anak Maois Lepas Baju.
Sebanyak 24.000 bekas tentara anak yang berperang untuk Tentara Pembebasan Rakyat atau Maois di Nepal selama 10 tahun perang sipil, kini mulai meninggalkan kamp secara bertahap.Mereka direkrut junta Maois saat masih berusia 12-13 tahun. Ada 250 orang dilepas pada tahap pertama. Pelepasan dilakukan dalam sebuah upacara resmi yang ditandai pencopotan baju seragam biru Tentara Pembebasan Rakyat (TPR) dan diganti dengan pakaian sipil.
Berbeda dari hari-hari lain, siang itu mereka tidak saja berbicara tentang kejahatan perang pada masa lalu, mimpi masa kecil yang terampas, serta ambisi politik penguasa, tetapi sudah mulai berani berspekulasi tentang masa depan lebih baik.
Perasaan mereka mengharu biru, antara riang gembira dan kecut. Riang karena mereka mulai boleh menikmati udara bebas di luar kamp setelah terkurung menyusul penyerahan diri junta Maois kepada pemerintah Kerajaan Nepal pada tahun 2006. Kecut karena masa depan seperti apa yang diimpikan juga seperti sebuah fatamorgana.
Mereka bersukacita karena mulai bisa melambungkan cita-cita setinggi bintang. Tapi seperti apa nantinya juga tidak jelas, sebab cita-cita untuk sekolah, jadi penguasa, guru dan pejabat negara, serta pemuka agama telah terkubur 10 tahun silam ketika dipaksa memegang senjata berperang untuk Maois. Mereka tidak bisa baca tulis, hanya tahu pegang senjata, melontar meriam, memberondong pelor.
Teman-teman mari kita selalu berdoa bagi perdamaian di seluruh bumi, agar tidak ada lagi anak-anak yang menderita seperti teman-teman kita di Nepal, agar semua anak dapat bertumbuh dalam sukacita dan harapan setinggi langit.
Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah - Mat 5:9
Dalam rangka Hari Perdamaian Dunia yang ditetapkan oleh KAJ tanggal 1 Januari 2010
Is God willing to prevent evil, but not able? Then is he impotent...
Is he able, but not willing? Then is he malevolent....
Is he both able and willing? Whence then is evil...?
Apakah Tuhan berkehendak untuk melenyapkan kejahatan, tapi tidak mampu? Maka ia impoten
Apakah ia mampu tapi tidak mau? Maka ia kejam
Apakah ia mampu dan mau? Lalu mengapa masih ada kejahatan?
Teman-teman, bagaimana kalian menjawab pertanyaan yang diajukan di atas?
Berbeda dengan David Hume yang bertanya apakah Tuhan mampu.... si orang berpenyakit kusta dengan tegas dan penuh iman menyatakan: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku." Dan jawab Yesus, "Aku mau, jadilah kau tahir." Si orang kusta tahu dan percaya bahwa Tuhan mampu.
Tapi sekarang, apakah Tuhan mau? Karena rasanya banyak dari doa-doa kita tidak terjawab. Tapi coba pikir-pikir lagi... adakah di dalam kitab suci, Tuhan menolak doa orang beriman? Rahim Hana dibuahkan dan ia melahirkan Samuel, ratapan Maria dan Marta dijawab dan Lazarus dibangkitkan, Elia meminta api dan api surga datang menyambar dengan tidak kurang besarnya, Salomo meminta kebijaksanaan dan ia menjadi orang paling bijaksana di dunia...
Teman2, milikilah dahulu iman bahwa Tuhan mampu dan Tuhan mau.
Demikian pula dituliskan oleh Yohanes: "Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepadaNya." - I Yoh 5:14-15
Lalu mengapa doa2 kita rasanya tidak terjawab? Itu karena kita seringkali berdoa bukan untuk keadaan tertentu, melainkan jalan menuju keadaan tersebut. Cobalah berdoa seperti orang kusta berdoa yaitu agar ia sembuh. Ia tak peduli bagaimana Tuhan akan menyembuhkannya. Ia tidak meminta agar Tuhan langsung menyembuhkannya. Kalau Tuhan menyuruhnya melakukan hal-hal sulit dahulu sebelum ia sembuh, maka ia akan melakukannya karena ia percaya Tuhan akan menyembuhkan, bagaimanapun caranya.
Kadang teman, kita sering tidak sabar menunggu jawaban Tuhan. Karena ketidaksabaran kita, doa-doa kita makin kita spesifikkan dengan harapan Tuhan akan mengabulkan doa kita dengan cara-cara yang telah kita "tunjukkan". Doa ingin sembuh dispesifikkan dg doa agar penyakit kita lebih ringan daripada yang diindikasikan; doa ingin bahagia dispesifikkan dg doa agar cepat menikah; doa bisa berziarah ke Lourdes dispesifikkan dg doa ingin diterima di jabatan dg gaji besar.
Teman, kita tidak perlu menggambar peta untuk Tuhan agar doa2 kita terkabul. Tuhan cukup kreatif untuk menciptakan jalanNya sendiri. Yang penting percayalah bahwa Tuhan mampu dan Ia selalu mau mengabulkan doa2 kita.
Selamat mencoba berdoa cara baru.
Ibu di manakah dikau
Kautinggalkan aku sendiri
Mengarungi hidup yang tak pasti
Bergulat dengan ketidakpahaman
Akan dunia yang rumit tanpa bimbingan
Ibu di manakah dikau
Pergi begitu melihatku
Tanpa pelukan tanpa tawa
Hanya mata yang menyorotkan luka
Bercampur sedih dan sesal
Ibu di manakah dikau
Kapankah kau akan menggendongku
Keluar dari tempat penuh dengan orang
Yang tidak mampu mengikat tali sepatunya sendiri
Yang tidak mampu belajar A sampai Z
Padahal dulu, ibu, dikau memohon pada Tuhan
Untuk merenggutku dari surga
Untuk menemanimu dalam hari-hari tuamu
Untuk menjadi perlambang kasih dengan ayah
Bacaan hari ini penuh dengan puji-pujian akan Tuhan terutama karena Ia telah memberikan seorang anak. Apakah bila kamu menjadi ayah atau ibu seorang anak yang cacat mental, kamu akan mampu memuji: Hatiku bersukaria karena Tuhan - 1 Sam 2:1a seperti Hana yang telah diberkahi seorang anak, yaitu Samuel.
Yang belum pernah jatuh cinta semoga bisa belajar dari kidung ini. Yang sedang jatuh cinta, pasti akan terkenang-kenang. Yang sedang putus cinta, semoga ini dapat menghidupkan perasaan ingin jatuh cinta lagi.
"Dengarlah! Kekasihku!
Lihatlah ia datang, melompat-lompat di atas gunung-gunung
meloncat-loncat di atas bukit-bukit." - Kid 2:8
Yang sudah pernah jatuh cinta pasti tahu arti kidung ini. Kalau melihat pacarnya datang.... semua indera bergetar: mata, telinga, bulu roma, dan bahkan hati... walaupun hati tidak termasuk indera tapi pasti bergetar juga kan. Kalau bisa dan enggak malu sama ortu atau temen2, pasti kita akan melompat-lompat, berlari menghampiri kekasih yang baru saja datang. Dan... adegannya pasti kayak film India kalau lagi slow motion, dengan wangi bunga dan lagu romantis.
Kalau yang belum pernah jatuh cinta, ingat, kalau sudah mulai terasa ini, pasti kamu sudah memasuki masa jatuh cinta.
Teman, kalau kita lagi jatuh cinta, semua yang di sekeliling kita berubah menjadi indah. Matahari lebih cerah, bunga menjadi lebih harum, semua lagu menjadi begitu merdu, dan perasaan seperti ingin selalu melompat-lompat dan tidak sabar ingin bertemu lagi. Kalau malam tiba, bulan terasa lebih terang, wangi bunga sedap malam yang hanya mekar di malam hari terasa menambah suasana romantis khayalan akan adanya sang kekasih yang menemani.
Teman, Yesus begitu jatuh cinta kepada kita. Dengan kekuasaan dan keajaibanNya, cintanya telah menciptakan matahari dan bulan yang indah, bunga-bunga yang indah dan harum, dan suara kericik angin dan kicauan burung yang merdu. Demikianlah Ia juga seperti kekasih kita yang selalu mencari saat-saat bertemu dengan intim, hanya duduk bersama di keremangan malam, merasakan kenyamanan atas kesadaran akan adanya satu sama lain, dan berbicara dari hati ke hati mengenai semua persoalan.
Teman, apakah kita pernah merasa begitu jatuh cinta kepada Yesus sampai kita tidak sabar untuk memperoleh saat-saat bersamaNya tanpa orang lain, tanpa gangguan? Pernahkah kita pernah bernyanyi-nyanyi menanti kedatanganNya?
Teman, Natal hampir tiba. Inilah saat-saat penantian seorang kekasih yang paling menyenangkan. Yaitu ketika waktunya hampir tiba, dan kita tahu bahwa Ia selalu tepat waktu. Mari kita persiapkan diri untuk menyambut kedatanganNya.
Kalau ditanya apa agama orang Jepang, pasti kamu akan jawab Shinto. Tapi sebenarnya ada kelompok kecil umat Katholik yang sangat loyal dan sangat teguh imannya.
Padahal, pada periode abad ke 16 di mana umat Katholik itu begitu dibenci dan kalau bertemu, dibunuh. Umat Katholik tidak ada yang berani membawa secara terang-terangan ikon atau benda-benda yang berbau Kristen atau Katholik. Sewaktu-waktu ada pemeriksaan oleh prajurit yang lewat. Bila ditemukan rosario, atau salib, atau patung Bunda Maria, maka si pembawa akan langsung dihukum mati di tempat.
Lalu bagaimana umat Katholik dapat bertahan di masa-masa gelap itu? Makyoh berperan sangat besar bagi umat Katholik pada masa tersebut.
Makyoh adalah cermin, yang kalau dipegang dan dihadapkan ke wajah kita akan berfungsi seperti cermin biasa. Tapi kalau sebuah berkas cahaya dipegang dan dihadapkan ke tembok, maka di tembok itu akan muncul gambar Yesus atau Bunda Maria. Sisi depan cermin itu mencerminkan digosok halus permukaan, sementara bagian belakang ditutupi dengan desain Yesus atau Bunda Maria.
Para misionaris atau umat Katholik dapat membawa cermin itu kemana-mana dengan aman. Ketika umat akan doa pribadi atau pertemuan kelompok dan ibadah, maka dengan segera cermin tersebut menjadi penawar kerinduan mereka akan Tuhan.
Begitu dalamnya kerinduan umat Katholik Jepang saat itu akan Tuhan sehingga mereka berani mengambil risiko untuk tetap membawa Yesus di dalam perjalanan mereka. Akhirnya Tuhan pun menjawab kerinduan mereka dengan mengaruniai mereka ketrampilan yang unik dan indah ini. Dengan karunia tersebut, nama Tuhan kita Yesus Kristus tetap diwartakan dan makin dikenal.
Umat Katholik di Jepang masih bertahan dan makin bertambah jumlahnya. Maka nyatalah apa yang telah dinyatakan oleh penulis Mazmur:
"Biarlah namanya tetap selama-lamanya, kiranya namanya semakin dikenal selama ada matahari" - Mzm 72:17ab
Aku bersyukur jadi orang yang selalu tersenyum. Karena aku tahu tersenyum bagi beberapa orang adalah tugas yang beraaaa....t sekali. Kadang-kadang sebel juga lihat orang yang enggak pernah senyum, padahal sekelilingnya sudah cekikikan dan terbahak-bahak mendengarkan joke-joke yang disampaikan. Ya mungkin saja sih dia enggak paham jokenya. Tapi masa melihat anak kecil yang lucu dia juga tidak tersenyum, disapa orang juga tidak tersenyum.
Tersenyum itu gratis. Tapi senyum kita selalu membuat hati orang lain merasa nyaman.
Sekali senyum, curiga hilang.
Dua kali senyum, jadi sahabat.
Tiga kali senyum, hati penuh damai.
Empat kali senyum, beban jadi ringan.
Lima kali senyum, rezeki datang.
Enam kali senyum, gigi kering.... hehehe
Kalau enggak senyum juga, pasti kamu termasuk kategori jarang tersenyum
Tapi tanpa senyum, muka pun jadi kurang berseri. Makin jarang orang tersenyum, makin kusam pula wajahnya. Dan orang yang jarang tersenyum biasanya adalah orang yang jarang bersyukur, jarang melihat hidup ini sebagai karya Tuhan yang indah. Penulis Mazmur mengatakan:
"Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu" - Mzm 34:6
Penulis Mazmur menceritakan perasaannya yang tidak dapat menahan senyum karena telah memandang Tuhan. Orang yang sudah pernah mengalami kehadiran Tuhan di dalam hidupnya, pasti akan berusaha membagikannya kepada orang lain, bahkan melalui hal-hal yang kecil dan gratis seperti senyuman.
Apa buktinya senyum itu tanda kasih Tuhan?
1. Senyum itu membuat hati kita terbuka. Rasakan bahwa ada udara segar yang mengalir di dada ketika dan setelah kita tersenyum
2. Senyum itu menular. Seperti kasih Tuhan yang setelah diberikan, tidak akan berhenti pada satu penerima saja, senyum juga tidak akan berhenti di satu orang yang kita berikan, melainkan kepada orang-orang lain yang dia temui.
Mungkin kata kamu: "Apaan sih gitu aja dibahas. Gue kan seperti sudah dari sononya."
Ini bukannya tidak bisa diubah loh. Temanku pernah cerita, ada sepupunya yang waktu kecil tidak pernah bisa senyum. Akhirnya karena orangtuanya kasihan, dia dikasih tontonan srimulat sepanjang hari. Akhirnya sekarang dia tidak hanya bisa senyum, tapi malah juga bisa buat orang lain tertawa.
Resep lainnya adalah mulai mempraktekkan senyum kepada setiap orang, walaupun mulanya terpaksa. Nanti lama-lama senyum itu muncul dengan sendirinya. Selamat mencoba.
Tidak ada orang yang pernah tidak mengalami beban yang berat bukan? Waktu aku mengalami suatu kesulitan, seluruh pikiranku kembali membayangkan kejadian-kejadian dalam hidupku. Terpikir olehku, mengapa hidupku begitu sulit. Tantangan demi tantangan kuhadapi, dan seperti tidak pernah ada waktu untuk beristirahat dari kesulitan-kesulitan itu. Lalu kutanya pada Bapa: Bapa... apa yang Kauinginkan dariku? Tidakkah cukup Kau beri sedemikian banyak derita bagi tubuhku dan duri bagi jiwaku? Sekarang sekali lagi Kau cobai aku lagi.
Kemudian setelah beberapa lama merenungi konsep pencobaan dari Tuhan dan kesulitan yang sedang kuhadapi, aku mulai berpikir: "mengapa aku selalu meminta, meminta, dan meminta? Kapan aku pernah bersyukur pada Tuhan?"
Teman-teman sekarang mungkin akan bosan melihat frase "Kapan aku pernah bersyukur pada Tuhan." Karena waktu dulu pun aku sering bilang begitu. "Ah, bersyukur dan bersyukur. Tak habis2nya kita disuruh bersyukur. Apa yang harus kita syukuri? Setiap hari kita bernapas? Indera kita lengkap? Bosan...." kataku dulu.
Tapi hari itu, aku coba untuk bersyukur. Sulit sekali rasanya.
Pertama-tama kukatakan: "Terima kasih Tuhan atas pagi ini aku boleh bekerja kembali." Hening sejenak lalu, "Terima kasih Tuhan karena aku boleh mengenalMu." Hening lagi, lalu "Terimakasih Tuhan untuk kesehatanku sampai pada pagi ini."
Kemudian...
Entah dari mana, kalimat-kalimat syukur berikutnya mengalir tanpa henti: "Terimakasih Tuhan atas orangtua yang cukup sabar dan selalu mengasihiku. Terimakasih Tuhan karena aku boleh didampingi oleh berbagai kawan baik yang sungguh mendukung aku. Terimakasih .... terimakasih .... terimakasih .... dan begitu banyak terimakasih terucap hari itu.
Begitu aku selesai mengucapkan segala syukur itu (itupun karena motorku sudah sampai di parkiran sehingga aku harus masuk kantor), maka aku langsung menyadari bahwa rasa syukur tidak diucapkan oleh raga kita, mulut kita, melainkan seluruh roh dan jiwa kita bersyukur dan memuji Tuhan.
"Pujilah dia hai jiwaku," kata-kata dari pengarang Mazmur ini memang sesungguhnya benar dan telah kubuktikan pada hari itu. Cobalah, teman, maka kamu akan merasakan betapa sukacitanya memuji Tuhan dengan seluruh jiwa raga, hati dan rohmu.
Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu;
puji-pujian kepadaNya tetap di dalam mulutku - Mzm 34:2-3
Buat apa siy kita berdoa? Kan Tuhan sudah tahu keinginan-keinginan kita? Tapi tahukah kita, doa itu tidak hanya untuk ngasih tahu Tuhan apa yang kita inginkan, tapi lebih penting lagi, doa itu adalah untuk memuliakan Tuhan dan mengetahui apa yang diinginkan oleh-Nya. Tuhan memang tahu apa yang kita inginkan dan butuhkan. Tapi kan.... kita tidak tahu apa yang Tuhan inginkan dari kita?
Mari kita belajar dari Bunda Maria bagaimana berdoa yang benar.
Peristiwa pertama, ketika Maria dimuliakan oleh Elizabeth, Maria bernyanyi memuji Tuhan: �Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku.� � Luk 1:46b-47. Seluruh doa Maria adalah memuliakan dan memuji Tuhan. Ia memuliakan Tuhan karena rahmatNya, kuasaNya, dan janji-janjiNya.
Begitulah seharusnya doa kita, yaitu pertama-tama adalah untuk memuliakan dan memuji Tuhan. Tuhan yang merupakan pencipta kita, penyelamat kita dan kebinasaan, Tuhan yang maha pengampun yang selalu mengampuni orang yang bertobat dengan sungguh-sungguh. Tidakkah Tuhan seperti ini patut kita muliakan dan puji terus menerus?
Peristiwa kedua, ketika para gembala datang kepada bayi Yesus dan menceritakan kepada semua orang tentang apa yang dikatakan para Malaikat tentang anak itu, Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya. � Luk 2:19.
Maria menyimpan segala perkara yang dihadapi di dunia dan merenungkannya. Apakah kita pernah merasa bimbang dan ragu apabila apa yang kita hadapi di dunia ini tidak sesuai dengan kehendak kita? Apakah kita pernah merasa bahwa Tuhan ingin menyatakan sesuatu kepada kita melalui suatu peristiwa, namun kita tidak dapat memahaminya? Bila demikian, maka doa merupakan sarana yang paling penting untuk dapat bertanya apa yang diinginkan Tuhan dari kita. Kalau kita sering mempraktekkannya, maka kita akan terkejut dengan banyaknya hal yang sebenarnya ingin di-share Tuhan kepada kita. Jadi mengapa tidak kita biarkan Tuhan berbicara kepada kita?
Doa yang benar adalah doa yang memuliakan Tuhan dan mencari rencana-rencanaNya dalam hidup kita. Dengan demikianlah kita dekat pada Tuhan. Dengan doa yang benar, maka kita akan merasakan bahwa Tuhan memang telah memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita tanpa kita harus memintanya secara khusus. Karena Ia memang sudah tahu apa kebutuhan kita, namun Ia pun ingin supaya kita mengetahui rencana-Nya yang luar biasa indah bagi kita.
Bila belum terbiasa, cobalah berdoa dengan diawali dengan kata-kata pujian: �Jiwaku memuliakan Tuhan�; �Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi�; �Allahku, gunung batuku, tempatku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku�. Begitu banyak pujian kepada Allah yang dapat dilihat di kitab-kitab nyanyian seperti Mazmur. Dengan pujian, kita mengundang Tuhan untuk berbicara kepada kita.
Selamat Memuji Tuhan