Latest News

Monday, August 22, 2011

Iman yang Dipahami

Dalam renungan sebelumnya, aku telah mensharingkan pengalamanku menemukan bahwa iman adalah sesuatu keputusan yang harus kubuat. Santo Tomas Aquinas menyatakan dengan sangat tepat tentang iman: Iman adalah satu kegiatan akal budi yang menerima kebenaran ilahi atas perintah kehendak yang digerakkan oleh Allah dengan perantaraan rahmat.

Kini aku ingin mensharingkan tentang iman yang dipahami yaitu iman akan Tuhan yang kita kenali dan pahami pribadiNya.

Sejak SMA aku selalu bergulat tentang bagaimana kasih Tuhan bahkan bagi orang-orang yang berdosa. Aku sering memberikan paradoks ini kepada teman-teman diskusiku:

Bapak Amir adalah seorang suci, selalu menaati perintah Tuhan dan pergi ke gereja setiap minggu. Bapak Bondi adalah seorang penjahat yang kerjanya menipu, berjudi, dan kadang membunuh. Suatu hari Bapak Bondi membunuh istri dan anak Bapak Amir secara kejam sehingga Bapak Amir mempertanyakan keadilan dan kasih Tuhan pada dirinya. Pada saat ajal keduanya tiba tidak lama setelah kejadian pembunuhan, Bapak Amir meninggal sebagai orang yang menyimpan dendam dan ketidakpercayaan pada Tuhan, sementara Bapak Bondi bertobat menjelang ajal (tanpa sempat dibaptis dan didoakan). Yang mana yang masuk surga dan yang mana yang masuk neraka.

Satu ajaran Kristen Protestan menyatakan bahwa bilamana pada saat meninggal seseorang adalah tidak beriman, maka ia akan masuk neraka. Jadi jawaban atas paradoks ini adalah Bapak Bondi masuk neraka dan Bapak Amir masuk surga. Lalu apakah fair menghapus seluruh kebaikan dan kepercayaan yang sudah dilakukan oleh Bapak Amir sebelum pembunuhan terjadi?

Ajaran dari Islam adalah setiap kebaikan dan kejahatan orang akan ditimbang menurut timbangan Yang Maha Adil. Jadi bilamana tabungan kebaikan Bapak Amir banyak sebelum ia menjadi tidak percaya, ia tetap akan masuk surga. Sementara Bapak Bondi akan masuk neraka walaupun ia bertobat.

Bagaimana jawaban ini dapat diterima mengingat Tuhan kita adalah Tuhan yang penuh kasih? Selama SMA dan masa kuliah, pertanyaan ini selalu mengganjal.

Suatu hari di toko buku aku melihat sebuah kitab suci dan aku membalik-balik halamannya tanpa bermaksud apa-apa. Aku sampai kepada kitab Lukas yang bercerita tentang penyaliban Yesus serta kedua penjahat di sisi kiri dan kananNya.


Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja."
Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." Luk 23: 42-43

Pada saat itu aku memahami betapa besar cinta kasih Tuhan Yesus. Dia tidak lagi mengingat dosa dan kesalahan seumur hidup. Hukuman atas dosa tidak akan ditanggungkan lagi kepada si penjahat itu walaupun mungkin tak terkira jumlah orang yang sudah ditipu, dirampok, atau dibunuh olehnya. Dia secara spontan menyatakan bahwa orang yang bertobat hari ini juga akan bersama-sama denganNya di dalam Firdaus....tanpa syarat.

Aku langsung teringat kepada ayahku sendiri. Dia keras, sering menghukumku kalau aku nakal, sering menegur dan memarahiku. Tapi tanpa ragu aku yakin bahwa kalau aku melakukan suatu kejahatan dan harus masuk dipenjara, maka ia akan mengambil tempatku dipenjara bahkan bila harus dihukum mati. Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." Mat 7:11

Aku tidak percaya kepada kasih Allah yang begitu besar karena aku merasa tidak memiliki alasan untuk percaya. Padahal alasan itu sebenarnya selalu ada di depan mata tapi aku belum memutuskan untuk beriman sehingga aku tidak percaya. Tapi kini aku percaya dengan seluruh alasan yang benar yaitu karena aku memahami sesuatu tentang Allah melalui ayat Kitab Suci.

Ini adalah karunia Tuhan yaitu ketika iman tidak bertentangan dengan akalbudi bahkan akalbudi membantu iman untuk makin kuat. Seperti yang dikatakan oleh Santo Tomas Agustinus: "Aku percaya supaya mengerti, dan aku mengerti supaya percaya lebih baik."

Oleh karenanya kita perlu selalu bergumul untuk memahami iman kita melalui bacaan-bacaan Kitab Suci dan meminta agar Roh Kudus memberikan penerangan agar kita memahami Allah melalui bacaan-bacaan itu.


Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Luk 24:45

Pengertian yang lebih dalam pada gilirannya akan membangkitkan iman yang lebih kuat, iman yang semakin dijiwai oleh cinta.
 

http://nasihatalkitab.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment

Recent Post