Latest News

Friday, November 11, 2011

Perjalanan yang Luar Biasa

Suster Lourdes sedang ditugaskan di Anda, pulau terpencil di Filipina dengan fasilitas publik yang terbatas. Tidak ada dokter di seluruh pulau. Tapi di pelosok inilah tangan Allah bekerja. Terpujilah Dia. Inilah kesaksiannya:

Suatu hari saya sedang bertugas di unit perawat biara ketika sepasang orang tua masuk membawa putrinya yang berumur 4 tahun, Serena. Serena tidak dapat bernapas. Ibunya bilang kalau tadi siang Serena tersedak chico, jenis buah lokal. Namun buah itu berhasil diambil saat itu juga. Entah kenapa, pada saat makan malam, Serena kembali tersedak dan tidak dapat bernapas hingga wajahnya membiru. 


Karena tidak ada dokter disitu, kami segera memanggil truk dan kami segera ke dermaga. Untuk ke rumah sakit, kami harus menumpang kapal tongkang ke seberang pulau. Di dermaga, semua kapal tongkang habis disewa tapi kami mendapat speedboat sehingga Serena harus dipindahkan dari truk. Di tengah jalan, motor kapal mati dan sebuah kapal dikirimkan untuk menggantikannya. Napas Serena makin berat dan wajahnya masih biru.


Di pulau utama kami mencari kendaraan yang dapat membawa kami ke rumah sakit berjarak 2 km. Yang ada hanyalah sebuah jip yang lampu depannya mati satu. Kami segera masuk. Tapi begitu sampai di jalan tol, supir jip menolak meneruskan perjalanan karena berbahaya mengemudi hanya dengan satu lampu. Untungnya sebuah jeepney diparkir dekat dan kami segera berpindah kendaraan. 


Baru jalan sedikit, ban jeepney kempes! Saya memohon si supir untuk tetap memaksakan jalan sampai rumah sakit. Untungnya supir itu setuju. Saya dengan panik berdoa kepada Tuhan dan semua santa santo untuk menolong gadis kecil ini. 


Sampai di rumah sakit darurat, seorang perawat bilang bahwa sedang tidak ada dokter dan peralatan yang ada tidak cukup. Kami harus pergi ke Kota Dagupan yang jaraknya 3 jam. Untungnya ada ambulans yang dapat kami pakai sehingga Serena dapat bernapas dengan oksigen. 


Di tengah jalan, ambulans itu kehabisan bensin dan berhenti di pom bensin yang pompanya sedang rusak. Ya Tuhan, pikirku, apakah tidak ada habisnya kesialan ini?


Ambulans itu segera ke pom bensin berikutnya dan sampailah kami ke rumah sakit Dagupan hanya untuk mendengar bahwa disitu tidak ada spesialis paru yang dibutuhkan anak itu. Kami harus pergi ke rumah sakit yang adanya di seberang kota. Padahal ambulans kami sudah pulang.


Saya menelpon dokter kenalan saya yang mengantar kami ke rumah sakit dimana dia memerintahkan 4 X-Ray. Baru 2 X-Ray selesai, lampu mati! Untungnya kedua X-Ray yang ada sudah dapat mengidentifikasi permasalahan sehingga dokter dapat beraksi. 


Dokter paru yang menangani Serena mengatakan kami beruntung! karena kalau lokasi obstruksi pernapasan sedikit bergeser, maka Serena sudah pasti tak bernyawa lagi. 


Operasi segera dilakukan, dan beberapa hari berikutnya ketika saya mengunjungi gadis kecil itu, ia sudah bermain dan ceria lagi. 


Satu bulan kemudian, saya dan beberapa biarawati menghadiri misa yang sangat spesial dengan keluarga Serena. Ibunya yang sebelumnya memeluk kepercayaan lokal Aglipayan dibaptis menjadi Katolik, orang tua Serena menikah dengan misa pemberkatan, dan Serena dibaptis!


Setahun kemudian ketika saya akan meninggalkan pulau itu karena ditugaskan belajar ke Roma, Serena datang sendirian ke biara membawa tas tangan terbuat dari kerang. Katanya dengan senyum manisnya, "Mama bilang kamu menyelamatkan saya. Ini hadiah saya untukmu."

Tuhan selalu menolong mereka yang mewartakan kabar keselamatannya. "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." - Mat 28: 19-20

Diadopsi dari Readers Digest edisi November 2011, sebuah cerita nyata dan personal.

No comments:

Post a Comment

Recent Post