Latest News

Tuesday, December 14, 2010

Beranikah kita membela iman kita?

Baru saja kemarin gereja kita merayakan hari perdamaian dunia (10 Januari) dengan putar film, sharing, dan pelepasan burung merpati... eh hari ini kita diingatkan bahwa gereja tetap berada di dalam zona bahaya. 3 gereja di Malaysia dirusak karena keputusan pengadilan yang mengizinkan warga non Muslim menggunakan kata Allah untuk menyebut Tuhan. Di Indonesia saja pada akhir Desember 09, gereja St. Albertus Bekasi pun dirusak.

Apa yang bisa kita lakukan sekarang? Pura-pura gak tahu? Berdoa supaya kita selamat? Ngumpet di rumah saja? Pindah agama?

Teman-teman, mungkin kita perlu melihat sejarah mengenai gereja dan saat-saat gelap gereja di Roma. Ya... benar... Roma yang sekarang menjadi pusat agama Katolik tidak berdiri dengan mudahnya, namun melalui darah dan perjuangan banyak orang Kristen.

Ketika Roma terbakar dengan hebatnya pada tahun 64M, Kaisar Nero dengan kejamnya menuduh orang Kristen sebagai pelaku pembakaran. Dan sejak itu dimulailah pembantaian orang-orang Kristen termasuk di dalamnya pembunuhan Rasul Petrus dan Rasul Paulus.

Saat itu, orang-orang Kristen adalah orang-orang rendah hati dan tidak memiliki posisi sama sekali di dalam pemerintahan. Bahkan banyak di antaranya adalah budak-budak. Banyak sekali orang Kristen ditangkap dan dibunuh dengan cara yang paling kejam. Mereka disalibkan, atau diikat dengan kulit binatang dan dilemparkan ke arena untuk dicabik-cabik oleh anjing-anjing, sebagai hiburan bagi para penonton. Mereka dilemparkan ke kandang binatang buas, atau diikat di tiang-tiang di dalam Taman milik Nero, kemudian tubuh mereka dilumuri ter dan dibakar. Tubuh yang terbakar itu menjadi lampu penerang bagi Taman itu di malam hari, dan Nero biasanya berkeliling taman sambil menaiki keretanya dengan telanjang bulat, menikmati derita para korbannya yang sedang sekarat itu dengan senyum yang dingin.

Namun apa yang terjadi? Apakah orang-orang Kristen kemudian menjadi gentar dalam penganiayaan itu? Dikisahkan di dalam Quo Vadis karya Henryk Siekienwich, bahwa Rasul Petrus saat itu sedang diungsikan ke luar kota Roma agar tidak menjadi martir. Akan tetapi di gerbang kota ia bertemu dengan Yesus yang berjalan masuk ke dalam kota. Petrus menyapa Yesus: �Tuhan, mau kemanakah Engkau?�

Dan Yesus menjawab: �Kalau engkau meninggalkan domba-dombaku, maka Aku akan pergi ke Roma untuk disalibkan kedua kalinya.�

Mendengar itu, Rasul Petrus menjatuhkan diri ke tanah dan ketika teman seperjalanannya bertanya: �Tuan mau kemana?�, Petrus menjawab: �Ke Roma.� Dan di Roma, Rasul Petrus menemui ajalnya dengan disalibkan terbalik sebagaimana permintaannya: �Aku tidak pantas disalibkan sama dengan Tuhanku. Salibkanlah aku terbalik.�

Teman-teman, sejarah Kristen bukanlah sejarah yang penuh damai, akan tetapi penuh dengan pertentangan dan perang. Akan tetapi kita perlu memiliki keberanian untuk beriman kepada Tuhan Yesus, dan percaya akan janjiNya mengenai hidup yang kekal melebihi hidup di dunia ini.

Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal � Yoh 12:25

No comments:

Post a Comment

Recent Post