Latest News

Friday, June 30, 2017

Nuh dan Bahtera Ketaatan

Nuh adalah orang yang berkenan pada Allah yang hidup di tengah orang-orang yang sudah melupakanNya. Karena Allah menyesal telah menjadikan manusia-manusia yang tidak taat itu, maka Allah berniat menghukum manusia dengan air bah. Namun Allah mengingat ketaatan Nuh dan bermaksud melepaskannya. Karenanya, Allah menyuruh Nuh membangun bahtera dengan ukuran yang mendetail, di tengah cemoohan orang lain, dan mengajak binatang-binatang ke dalam bahteranya.

Setelah hujan 40 hari dan 150 hari bumi tergenang air, Allah mengingat Nuh dan mendaratkan bahteranya ke gunung Ararat. Di sana Nuh mengirim burung gagak dan merpati sampai mendapatkan bukti bahwa bumi sudah kering. Nuh dan keluarganya mendirikan mezbah dan memuji Allah. Sementara itu Allah berjanji tidak akan ada lagi air bah. Janji itu muncul dalam bentuk pelangi.

Kisah ini sangat memukau, dan secara kebetulan sangat mirip dengan kisah Gilgamesh yang ditemukan di reruntuhan Niniwe, sampai kepada jenis burung yang dikirim dan pendaratan di gunung. Oleh karena itu para ahli percaya bahwa bangsa Israel mengadopsi kisah rakyat ini dengan iman yang dimilikinya kepada Allah.

Di dalam kisah ini, yang tidak jelas apakah ada fakta historis di dalamnya, ada berbagai pertanyaan. Di bawah ini adalah beberapa di antaranya.
         Siapakah anak-anak Allah dan anak-anak manusia di dalam Kej 6:2?
Bisa ditafsirkan bahwa anak-anak Allah adalah bangsa Israel, sementara anak-anak manusia adalah bangsa non Israel. Perlu diingat bahwa kitab ini ditulis ketika bangsa Israel sebenarnya sudah terbentuk dan di dalam pembuangan. Jadi bukan pada saat Nuh sendiri yang merupakan nenek moyang dari Abraham dan Yakub, bapa bangsa Israel. Memahami perbedaan waktu ini menjadi vital ketika memahami istilah anak-anak Allah dan anak-anak manusia ini.

Namun bisa juga terjadi bahwa cerita ini  diambil dari mitos yang dipersingkat tanpa memperhatikan secara detail logika cerita itu sendiri. Menurut mitos kuno, anak-anak Allah dianggap sebagai anggota dewan surgawi, dewa-dewa yang sedikit lebih rendah yang mengabdi kepada dewa yang tinggi. Yang mau disampaikan di sini adalah untuk melukiskan betapa luas jangkauan dosa, sampai-sampai ia melewati batas dunia surga dan alam.

         Apa yang dimaksud dengan Tuhan menyesal?
Ada 2 pengertian penyesalan Tuhan. Pertama adalah Tuhan sedih, sebagaimana yang tampak pada kisah ini. Tuhan sedih karena telah menciptakan manusia yang akhirnya tidak taat kepadaNya. Kedua adalah Tuhan menahan murka dan hukumanNya terhadap manusia.

         Apakah Tuhan kejam karena menghukum manusia dengan demikian luar biasa?
Ketetapan Allah untuk menghancurkan apa yang telah diciptakan adalah jawaban Allah atas perilaku manusia. Itu bukanlah keputusan yang sewenang-wenang. Banjir memang merupakan bentuk pengadilan Allah terhadap manusia, tetapi pengadilan yang disertai dengan kehendak untuk menyelamatkan. Kehendak Allah untuk menyelamatkan tampak pada keselamatan Nuh dan keluarganya.

         Mengapa ada berbagai silsilah yang begitu rumit?
Kitab Kejadian ditulis menurut beberapa tradisi yaitu tradisi Imam (P), tradisi Yahwis (Y), tradisi Elohim (E) serta tradisi Deuteronomis (D). Silsilah muncul dalam tradisi Imam sementara tradisi Yahwis lebih sering menggunakan gaya cerita rakyat.

         Mengapa Tuhan berfirman dalam hatiNya dalam Kej 8:21? Apakah firman dalam hati berbeda dengan firman-firman biasanya?
Artinya bahwa Tuhan berjanji kepada diriNya sendiri, demi diriNya sendiri. Dan karena ia maha setia, Ia juga akan menepati janjiNya itu.


 ---------
Kej 6 � 10

Thursday, June 29, 2017

Doa yang Pasrah

Orang kusta datang pada Yesus dengan sangat yakin bahwa Yesus dapat menyembuhkannya. Ia memohon belas kasihan dari Yesus. Walaupun ia sangat ingin disembuhkan namun ia tidak menuntut pada Yesus. Ia datang pada Yesus dengan keyakinan bila Yesus mau menyembuhkan, maka ia akan sembuh. Tapi kalau Yesus tidak mau, maka ia tidak akan sembuh. Semua berdasarkan keinginan Tuhan, kedaulatan Tuhan.

Hal yang berbeda sering kita lakukan tanpa sadar. Kita banyak memohon pada Tuhan: mohon kesembuhan, mohon jalan keluar dari masalah, mohon Tuhan menjawab impian-impian kita. Doa sering kali kita lakukan untuk memuaskan keinginan-keinginan kita semata, bukan keinginan Tuhan.

Tuhan Yesus melarang si kusta bersaksi atas kesembuhannya supaya orang tidak berbondong-bondong datang pada Yesus untuk kesembuhan sakit jasmani semata. Yesus lebih ingin menyembuhkan sakit rohani. Rohani yang sehat jauh lebih penting untuk dapat lahir baru. Kesembuhan rohani kita adalah ketika keluhan, kemarahan karena sakit dan tuntutan kita diubah menjadi doa pujian yang tulus pada Allah. Doa yang tulus mengajarkan kita untuk datang kepada Tuhan dengan belas kasih, memasrahkan diri pada kehendak Tuhan semata, sama seperti Abraham dan Sarah pada bacaan pertama. Ketika mereka taat pada Allah, segala hal yang tak mungkin didapatkan: Sarah yang berumur 90 tahun beroleh keturunan.


Iman dibangun atas dasar Firman Allah, taat melakukan segala kehendakNya dan menerima semua kehendakNya. Iman yang kuat bukan sekedar kesaksian karena kehendak pribadi terpenuhi. 

-------------
Jumat, 30 Juni
Kej 17:1, 9-10, 15-22
Mat 8:1-4

Wednesday, June 28, 2017

Cerdik seperti Ular

Sama seperti murid-murid Yesus yang dipersiapkan untuk saat di mana Yesus tidak lagi bersama-sama mereka secara fisik, pesan yang sama diberikan juga kepada kita. Perutusan murid-murid Yesus akan terus berlanjut untuk mewartakan kabar sukacita. Murid-murid diingatkan bahwa sebagai pembawa kabar sukacita, hidup mereka akan dikelilingi oleh bahaya, penderitaan, penganiayaan, bahkan bisa jadi, perpecahan dalam keluarga. Namun supaya mereka jangan takut, Yesus menjanjikan Roh Kudus. Kita pun dijanjikan hal yang sama, yaitu roh untuk mengatasi semua kesulitan dalam mewartakan kabar sukacita.


Nasehat untuk cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati juga berlaku untuk kita. Ular di sini tidak sama dengan ular yang menggoda Adam dan Hawa, yaitu di mana iblis mengambil rupanya. Ingat bahwa ular juga digunakan Allah ketika Musa ingin menyatakan dirinya sebagai utusan Allah, dan ketika Allah mau menyelamatkan bangsa Israel dari kematian. Jadi bukan karakter ular yang licik dan jahat yang ingin dicontoh, melainkan karakternya yang cerdik, lambang kesembuhan dan kesuburan serta keabadian. Maksud Yesus di sini adalah agar kita menggunakan akal budi dalam menghadapi dunia yang penuh tipu muslihat. Untuk mengimbangi karakter ular yang sering dikaitkan dengan hal yang negatif, maka Yesus juga mengingatkan agar kita tulus seperti merpati dalam cinta kasih. Merpati adalah binatang yang terkenal setia pada pasangannya, dan inilah yang ingin dilihat Yesus dalam diri murid-muridNya, setia kepadaNya.

---------------
Jumat 14 Juli
Bacaan 1: Kej 46:1-7, 28-30
Bacaan Injil: Mat 10:16 � 23
  

Manusia Pertama Jatuh ke Dalam Dosa

Kita mempelajari bahwa manusia pertama yang diciptakan menurut Alkitab bernama Adam dan Hawa, yang kemudian jatuh ke dalam dosa. Dari merekalah kita mendapatkan warisan dosa asal yang kemudian dihapus ketika kita dibaptis dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Di dalam liturgi Malam Paskah dimadahkan Pujian Paskah yang salah satu liriknya adalah: �Sungguh perlu dosa Adam, yang telah dilebur oleh wafat Kristus. O dosa yang menguntungkan sebab mendatangkan Penebus semulia ini.O malam bahagia, yang menghubungkan kembali surga dengan dunia, Allah dengan umat manusia.� Jadi menurut Gereja Katolik, dosa Adam bukanlah dosa yang harus disesali namun dosa yang membahagiakan karena membuat kita mengenal cinta Allah yang demikian besar melalui Tuhan Yesus.

Tapi apakah benar ada 1 manusia pertama yang kemudian melahirkan manusia-manusia lainnya? Sampai sekarang sains sedang mencari manusia pertama ini dan belum sampai kepada kesimpulan akhir.  Charles Darwin menyatakan bahwa kita semua bukan diciptakan dari debu tanah melainkan dari evolusi yang berakar kepada monyet. Pada suatu titik seekor monyet ber-evolusi menjadi yang kita kenal sebagai Homo Sapiens karena tuntutan lingkungannya. Namun di pihak lain juga sains kebingungan karena bila demikian tampaknya bukti menunjukkan bahwa evolusi kepada manusia ini terjadi di beberapa tempat sekaligus dengan perbedaan anatomi yang mencolok. Bukti akan hal ini adalah adanya Homo Floresiensis yang ditemukan di Flores, yaitu manusia kerdil yang hidup bersamaan dengan Homo Neanderthal yang ditemukan di Eropa.

Kajian Kitab Suci sendiri pada saat ini mengarah kepada kesimpulan bahwa Adam yang dimaksud bukanlah 1 orang (Single person), melainkan jamak. Kata Adam berasal dari �Adamu� yang berarti manusia.

Ada banyak pertanyaan di seputar manusia pertama ini, di bawah ini hanyalah beberapanya saja:

         Apakah ada manusia sebelum Adam? Ini implisit di Kej 1:26-27 ketika Allah menciptakan sekaligus laki-laki dan perempuan.
Ada beberapa pendapat mengenai hal ini, tapi benar ada manusia sebelum Adam. Yang membedakan sebelum Adam adalah Adam dipilih oleh TUHAN sendiri, dengan segala pertimbangannya untuk menjadi  Orang Pilihan-Nya dan dihembuskan-Nya nafas kehidupan. Disini  Penulis ingin menekankan tentang Penciptaan itu sendiri, manusia yang serupa dan segambar dengan TUHAN.

Sebelum Adam, manusia hanya dinamakan "Manusia", belum memiliki nama satu persatu seperti halnya makhluk ciptaan yang lain juga tidak mempunya nama. Allah menciptakan "Sapi", "Ayam", "Anjing", "Gajah", tanpa memiliki nama sendiri-sendiri. Akan tetapi kemudian setelah 1 manusia dipilih, diberi nafas Roh yang Hidup, di tempatkan di Taman Eden, diberi nama Adam. Setelah itu baru ada nama-nama manusia secara spesifik.

Kata yang digunakan dalam Penciptaan manusia dalam Kejadian 1 : 27 adalah CREATE / MENCIPTAKAN (Ingat : Creation), diciptakan dari yang belum ada. Tetapi dalam Kejadian 2 : 7 digunakan kata FORM / MEMBENTUK (Ingat : Information) yang berarti dibentuk dari yang sudah ada.

         Dimanakah Taman Eden dan sungainya?
Karena dari Eden mengalir sebuah sungai yang dua cabangnya adalah Tigris dan Efrat, maka secara tradisional orang percaya Taman Eden berlokasi di suatu tempat di daerah Mesopotamia (daerah sekitar Irak sekarang). Beberapa teori lain mengatakan bahwa Taman Eden berada di Ethiopia, Jawa, Seychelles, Brabant dan Bristol, Florida. Yang lainnya menunjuk bahwa dunia pada masa Eden telah dihancurkan dalam banjir besar pada masa Nuh dan karena itu tidak mungkin untuk melokalisir Taman itu di manapun juga dalam geografi pasca-banjir. Ada pula usaha untuk menghubungkannya dengan tanah mistis yang tenggelam di Atlantis.

Banyak teolog Kristen percaya bahwa Taman ini tidak pernah ada di muka bumi, melainkan berada di dekat surga sehingga ia diidentikkan dengan Firdaus.

         Mengapa ular menjadi lambang penggoda?
Simbol ular sangat penting di dalam kepercayaan Mesir Kuno, Kanaan, Mesopotamia dan Yunani. Ular adalah simbol kekacauan dan kuasa, sekaligus simbol kesuburan, hidup dan penyembuhan. Nachash, kata Ibrani untuk ular, berhubungan dengan keilahian melalui meramal nasib. Di dalam Epos Gilgamesh, Gilgamesh kehilangan imortalitasnya karena dicuri oleh ular. Sementara itu Ouroboros adalah ular yang memakan ekornya sendiri sebagai lambang keabadian (perpetualitas).

Jadi mungkin ular dipilih karena binatang ini sering dipuja sebagai dewa yang penting sebagai pembawa hidup. Ini bertentangan dengan iman bahwa Allah-lah sumber hidup.

         Apa yang dimaksudkan dengan ular meremukkan tumit keturunan perempuan?
Tumit melambangkan sifat kemanusiaan. Jadi keturunan perempuan itu (yaitu Yesus) datang untuk meremukkan kepalanya, artinya Dia akan menghancurkan seluruh tipu muslihat dan kekuasaannya, dan meluluhlantakkan seluruh kerajaan dan kepentingannya. Sebaliknya iblis meremukkan tumit-Nya yaitu sifat kemanusiaan-Nya.

Tumit Kristus diremukkan ketika kakinya ditembus dan dipakukan pada salib, dan penderitaan Kristus berlanjut dalam penderitaan orang-orang kudus demi nama-Nya. Iblis mencobai mereka, membuang mereka ke dalam penjara, menganiaya dan membunuh mereka, dan dengan demikian meremukkan tumit Kristus, yang menderita dalam penderitaan mereka. Namun, sementara tumit diremukkan di bumi, syukurlah bahwa kepala dalam keadaan selamat di sorga.

         Mengapa tulang rusuk yang dipilih?
Perempuan pertama itu dinamai ishah (= "perempuan, wanita") dengan penjelasan bahwa ia diambil dari ish (= "laki-laki"). Tradisi eksegetika yang bertahan lama menafsirkan bahwa penggunaan rusuk dari sisi seorang laki-laki menekankan bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai derajat yang sama, karena perempuan diciptakan dari bahan yang sama dengan laki-laki, dan diberi kehidupan dengan cara yang sama dengan laki-laki.  Sesungguhnya kata yang diterjemahkan sebagai "rusuk" dapat pula diterjemahkan sebagai "sisi", "kamar" atau "tiang penyangga".

Di kemudian hari, setelah kisah taman Eden berakhir, perempuan itu mendapat nama "Hawa" (Hawwah), yang dalam bahasa Ibrani berarti "hidup", dari akar kata yang juga berarti "ular".

         Kenapa Allah tidak memeriksa ular dulu melainkan langsung menghukumnya?
Pertama, karena dia sudah terbukti bersalah atas pemberontakan terhadap Allah, dan kebencian dan kejahatannya sudah terkenal, bukan ditemukan melalui penyelidikan rahasia, melainkan diakui dan dinyatakan secara terbuka.

Kedua, karena dia akan diasingkan selamanya dari segala harapan pengampunan. Bila demikian mengapa harus mengatakan sesuatu untuk menginsafkan dan membuat rendah hati dia yang tidak akan bertobat? Lukanya tidak dicari, karena tidak akan disembuhkan. Beberapa orang beranggapan bahwa kondisi malaikat-malaikat yang jatuh belum dinyatakan tanpa harapan dan tidak tertolong sampai pada waktu itu setelah mereka membujuk manusia untuk memberontak.

Ketiga, Hukuman yang diberikan kepada si penggoda dapat dianggap sebagai penerangan tentang si ular, makhluk liar yang Iblis manfaatkan. Seperti makhluk-makhluk lainnya, ular diciptakan untuk melayani manusia, tetapi saat itu disalahgunakan untuk mencelakakannya. Oleh karena itu, untuk menyatakan kebencian terhadap dosa, dan kecemburuan karena kehormatan Adam dan Hawa dicemarkan, Allah mengikatkan kutuk dan kecaman kepada si ular, dan membuatnya mengeluh karena dibebani. Lihatlah Roma 8:20. Alat-alat Iblis harus ikut merasakan hukuman bagi Iblis. Jadi tubuh pelaku kejahatan, walaupun hanya alat ketidakadilan, akan ambil bagian dalam siksaan kekal dengan jiwa, si pelaku utama.


-------------------
Kej 1:26-30 dan 2:5 � 3

Tuesday, June 27, 2017

St. Ireneus: Keselamatan bagi Semua Orang

Santo Ireneus hidup pada masa ajaran Gnostik merajalela. Gnostisisme mengajarkan bahwa keselamatan hanya dapat diraih dengan mempelajari ajaran-ajaran rahasia khusus; bahwa kaum Gnostik itulah orang-orang rohani yang lebih unggul daripada orang-orang Kristen biasa. St. Ireneus menjadi tokoh Gereja yang sangat penting di dalam menangkal ajaran sesat ini. St. Ireneus menulis dalam suatu karyanya: �Segera setelah seseorang terpikat oleh Gnostik, orang tersebut akan menjadi sombong dan merasa dirinya begitu penting, ia akan berjalan mengangkat dada dengan gaya seekor ayam jantan. Tetapi orang-orang Kristen seharusnya menerima anugerah Allah dengan rendah hati, dan tidak mengandalkan kegiatan-kegiatan intelektualnya yang akan membuat ia sombong.� Betapa hal ini tepat menandai peringatan Yesus: �Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu... dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.�
Allah telah menjanjikan keselamatan bagi kita, sama seperti Ia telah menjanjikan Abraham bangsa yang besar sebagai keturunannya. Di depan Abraham, Allah telah mengangkat sumpah dengan cara yang diketahu Abraham, yaitu berjalan di tengah-tengah potongan-potongan kurban. Di depan kita, Allah telah mengangkat sumpah dengan korban PutraNya sendiri bahwa keselamatan akan datang untuk kita semua.       Bagaimana ajaran keselamatan ini diteruskan? Melalui para rasulNya yang dipimpin oleh Petrus, sebagaimana ditunjuk oleh Yesus sendiri: �gembalakanlah domba-dombaKu.� Karenanya, St. Ireneus berpegang pada ajaran-ajaran yang hanya disampaikan para rasul Kristus, dan hanya inilah satu-satunya dasar keyakinan dan para uskup yang merupakan pelindung iman Kristen adalah penerus para rasul.
Demikianlah di Gereja Katolik dikenal 3 sumber ajaran, yaitu Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Suci, dan ketiganya terbuka bagi seluruh umat. Mari kita terus menggali ketiga sumber ajaran keselamatan ini terus menerus, karena ini akan membawa kita makin dekat dan mengenal keselamatan yang ditawarkan kepada kita.  


-------------------
Rabu Biasa, 28 Juni 2017
Peringatan St. Ireneus, Uskup & Martir
Bacaan 1 : Kej 15:1-12, 17-18
Injil : Mat 7:15-20

Aloysius Gonzaga: Hidup yang Bersumber dari Doa dan Komuni

Hari ini kita ingin belajar dari St. Aloysius Gonzaga, yang walaupun masih muda namun menjadi teladan kita untuk berdoa dan berbuat baik. Aloysius baru berusia 12 tahun ketika ia menerima komuni pertamanya. Setelah  menerima komuni pertamanya dari Kardinal Carolus Borromeus, Aloysius  selalu rindu menerima komuni, berpuasa tiga hari seminggu, bermeditasi pagi dan sore, serta menghadiri Misa setiap hari. Komuni menjadi pusat hidupnya. Ia membagi hari-harinya dalam satu minggu menjadi dua; yang pertama, untuk mengucap syukur atas Komuni Suci yang telah diterimanya terakhir kali, dan yang kedua, untuk menyiapkan dirinya bagi penerimaan Komuni Suci mendatang.
Dalam usianya yang ke-17, ia masuk novisiat Jesuit. Ketika terjadi wabah dan kelaparan, Aloysius mengumpulkan dana dengan mengemis, merawat orang-orang sakit, mengangkut orang-orang yang hampir mati di jalan raya, membawanya ke rumah sakit, memandikan mereka dan memberi mereka makan serta mempersiapkan mereka untuk penerimaan sakramen-sakramen. Tertular oleh penyakit menular itu, kesehatan Aloysius memudar, dan akhirnya ia meninggal pada tanggal 21 Juni setelah menerima Sakramen Bekal Suci pada usia ke-23.

Bagi Aloysius, doa menjadi sangat penting bagi semua pengetahuan. Aloysius mempunyai empat devosi khusus: (1) devosi kepada Sakramen Maha Kudus, (2) devosi yang ditujukan untuk Sengsara Kristus, (3) devosi kepada Bunda Maria, dan (4) devosi kepada para malaikat. Dari santo muda ini kita belajar tentang doa dan puasa yang berbuah, sebagaimana yang telah diajarkan pada bacaan hari ini. Aloysius tidak berdoa dan melakukan semua itu untuk dilihat orang, melainkan karena ia telah menerima Tubuh Kristus. Ia sungguh percaya bahwa kata-kata penginjil Matius: �...kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami.�


---------------------
Rabu Biasa, 21 Juni 2017
Peringatan St. Aloysius Gonzaga
Bacaan 1 : 2 Kor 9:6-11
Injil : Mat 6:1-6, 16-18

Riwayat langit dan bumi (Kej 1 � 2:4)

Membaca kisah penciptaan rasanya seperti membaca kisah anak-anak, bahwa dunia diciptakan dalam 6 hari saja dan hari ke-7 Allah beristirahat. Tapi kita harus ingat bahwa Kitab Suci bukanlah kitab pengetahuan atau kitab sejarah yang dapat diperdebatkan bersama dengan buku-buku sains lainnya. Kitab Suci adalah buku iman, iman yang diturunkan dari generasi ke generasi sampai kepada kita, penganut agama Katolik Roma ini. Oleh karena itu dalam cahaya iman itulah kita perlu memahami kisah penciptaan ini, yaitu iman yang teguh bahwa Allahlah yang menciptakan dunia dan segala isinya. Sebelum penciptaan itu maka tidak ada apa-apa.


Kitab Kejadian ini ditulis pada abad 7 SM sewaktu bangsa Israel dibuang ke Babel. Tujuan penulisan ini adalah menguatkan iman bangsa yang sedang runtuh karena pembuangan ini. Penulis kitab ini tentunya bukan Nabi Musa walaupun termasuk Kitab Taurat, karena Nabi Musa saat itu sudah wafat. Bahan dari tulisan ini adalah iman yang diturunkan secara lisan bahwa Allah pencipta dan pemelihara semuanya, maka Allah akan mampu pula untuk membebaskan bangsa Israel dari tangan penjajahnya. Untuk �membuktikan� iman inilah, maka si penulis menuliskan kisah penciptaan yang luar biasa ini.

Namun tak lepas pula kita memiliki pertanyaan-pertanyaan tentang berbagai hal di dalam kisah ini. Karenanya kita ingin menggali berbagai pertanyaan yang sering diajukan tentang bagian ini:
         Apa yang dimaksud dengan �Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ke....?�
Bangsa Yahudi, sampai sekarang, selalu menganggap bahwa petang, ketika matahari sudah tenggelam, adalah awal suatu hari. Frase �jadilah petang dan jadilah pagi� merupakan ungkapan yang dipakai orang pada era Alkitab untuk menggambarkan satu periode hari, sama ketika orang modern mengatakan �siang dan malam�. Pembaca pada jaman itu tahu ketika frase �petang dan pagi� muncul, itu merupakan ungkapan yang menyatakan satu hari (entah yang dimaksud 24 jam atau satu periode waktu tertentu).

Istilah �petang� yang dipakai, yaitu ereB, berasal dari ungkapan yang merujuk pada �tenggelamnya matahari� (sunset). Sedangkan istilah �pagi�, B�qer, secara literal berarti pagi saat matahari mulai terbit di timur. Namun sekali lagi, walau �petang� yang dimaksud adalah seperti saat matahari tenggelam dan �pagi� yang dimaksud adalah saat matahari mulai terbit, penggunaan gabungan 2 kata ini tidak dapat dipahami secara literal. Frase ini berfungsi seperti sebuah idiom bagi orang jaman itu.

Banyak orang percaya bahwa hari-hari penciptaan merupakan hari dalam arti 24 jam karena digambarkan sebagai terdiri atas "petang" dan "pagi". Yang lain percaya bahwa "petang" dan "pagi" hanya berarti bahwa suatu petang mengakhiri tahap penciptaan tersebut dan keesokan paginya merupakan awal yang baru lagi. Ingat bahwa matahari dan bulan belum diciptakan sampai hari keempat, maka tidak mungkin bahwa petang dan pagi bisa muncul, bila diartikan secara harafiah, pada hari yang pertama.

         Ketika Allah beristirahat, apakah yang proses penciptaan berhenti?
Tidak. Penciptaan masih terus berjalan sampai saat ini. Gereja Katolik menyebut bahwa melalui Sakramen Perkawinan, Allah mengizinkan manusia untuk secara khusus ikut serta dalam karya penciptaanNya sendiri. (KGK 1652)

Pada sastra Timur Dekat kuno, istirahat ilahi diperoleh dalam kuil pemujaan sebagai hasil munculnya tatanan (order) di atas kekacauan (chaos). Istirahat dapat dipandang sebagai suatu "pelepasan" (disengagement), setelah pekerjaan penciptaan sudah selesai, tetapi juga suatu "pengikatan" (engagement), karena Allah sekarang hadir dalam bait-Nya untuk memelihara suatu alam semesta yang kokoh dan tertata.

Selain itu perbuatan Allah adalah contoh untuk perbuatan manusia. Allah berhenti dan beristirahat, maka manusia juga harus berhenti dan beristirahat. Hari ketujuh yang nantinya disebut hari Sabat, menghentikan sebentar pekerjaan sehari-hari dan memberi istirahat. Itulah hari protest terhadap kerja paksa dan pendewaan uang. (KGK 2172)


         Darimanakah bahan-bahan kisah penciptaan ini diambil?
Bangsa Israel adalah bangsa yang terus menerus bersinggungan dengan bangsa lain, dan karenanya berbagai mitologi dan kisah-kisah rakyat berbagai bangsa diadopsi dan dibentuk sesuai dengan imannya. Kisah penciptaan ini memiliki kesamaan dengan Kisah Enuma Elish dari Babilonia di mana pada awalnya kondisi bumi kacau dan tidak ada apa-apa kecuali Apsu bapa mereka dan Tiamat ia yang melahirkan, serta air (Kej 1:2 � Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air).

Kisah ini juga mirip dengan mitos di bangsa Mesir di mana Allah mencipta dengan firman, sama seperti Dewa Ptah yang mencipta kota Memphis dengan perkataan. Allah mencipta manusia dari debu tanah dan menghembuskan nafas, sementara Dewa Ea mencipta manusia dari Darah Qingu.

Dan sama dengan kedua mitos itu, manusia juga diberi tugas untuk memelihara dan menjaga semua ciptaan, melestarikan alam dan bumi.

         Apa artinya manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah?
Manusia diciptakan menurut gambar Allah (b?-tse-lem Elohim; di mana "b?" adalah kata depan "menurut", "tselem" berarti "gambar"). Pada bagian awal ayat 27 tertulis b?-?al-mow yang berati "menurut gambarnya". Frasa ini dapat ditafsirkan bermacam-macam, termasuk:
o   Mempunyai kualitas spiritual Allah seperti intelek, kehendak, dan sebagainya;
o   Mempunyai bentuk fisik Allah;
o   Kombinasi dua hal di atas;
o   Merupakan perwujudan Allah di dunia dan dapat menjalin hubungan dengan-Nya;
o   Merupakan wakil Allah di bumi.

         Bagaimana urutan penciptaan itu ditentukan?
Bila diperhatikan maka penciptaan dapat dibagi menjadi 2, yaitu hari 1 � 3 dan hari 4 � 6. Pada hari 1 � 3 Allah menciptakan landasan penciptaan dengan urutan langit (terang-gelap), laut (cakrawala memisahkan air di atas dan di bawah) dan bumi (memisahkan daratan dan lautan serta tanaman. Pada hari 4 � 6, Allah menciptakan isinya dengan urutan yang sama yaitu langit (matahari dan bulan), laut (mahluk air dan burung yang melintasi cakrawala) serta bumi (binatang darat dan manusia).
Menurut catatan ini tidak digunakan kata "menciptakan" atau "membuat" bagi tumbuh-tumbuhan, melainkan hanya ada perintah bagi tanah untuk menumbuhkan mereka. Ada tafsiran teologi yang melihat bahwa Allah telah memberikan kemampuan bagi tanah (atau bumi) yang asalnya gersang, untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan setelah diperintahkan oleh Allah, kemampuan itu dinyatakan.
         Kenapa tidak disebut matahari dan bulan melainkan benda-benda penerang besar dan kecil?
Menurut Victor Hamilton, kebanyakan sarjana setuju bahwa penggunaan pilihan kata "benda penerang yang lebih besar" and "benda penerang yang lebih kecil" daripada istilah yang lebih eksplisit "matahari" dan "bulan", merupakan suatu retorik anti-mitologi yang dimaksudkan untuk melawan kepercayaan yang meluas zaman dahulu bahwa matahari dan bulan sendiri adalah dewa-dewa.

         Siapa �KITA� dalam ayat 1:26, ketika Allah menjadikan manusia?
Ada sejumlah teori di mana dua yang paling menonjol adalah "Kita" di sini adalah kata ganti jamak keagungan untuk raja-raja (majestic plural), atau mencerminkan suatu "dewan ilahi" di mana Allah bertahta sebagai raja dan mengusulkan penciptaan manusia kepada para ilahi yang lebih rendah kedudukannya, biasanya dipahami sebagai para malaikat.

Pendapat Yahudi Rabbinik adalah: Allah sedang berbicara kepada para malaikat yang ada di sekeliling-Nya. Parafrasa Targum Yonatan menulis, "Dan Allah berkata kepada malaikat malaikat yang melayani yang sudah diciptakan-Nya pada hari kedua dari penciptaan alam semesta, 'Mari KITA jadikan manusia'. Sementara pendapat Yahudi Messianik adalah: Allah sedang berbicara kepada pribadi-Nya sendiri karena pribadi Allah itu kompleks, di sana ada firman-Nya, Roh-Nya, kehendak-Nya, dan lain-lain.

Adapula pendapat Kristen Trinitarian yaitu: Bapa sedang berbicara kepada Anak, dan kepada Roh Kudus. St. Barnabas mengatakan: �Sebab Kitab Suci berbicara tentang kita, ketika Ia [Allah] berkata kepada Putera-Nya, �Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita� (Lih. St. Barnabas, Epistle of Barnabas, Ch. VI).� St. Yustinus Martir mengatakan: �perkataan, �Baiklah Kita menjadikan�� kita dapat dengan tiada ragu mengetahui bahwa Allah bercakap dengan Seseorang Pribadi yang lain�� (St. Justin Martyr, Dialogue with Trypho, a Jew: Ch. LXII).


St Ireneus berkata: �Maka bukan para malaikat, yang menciptakan kita, ataupun membentuk kita, juga para malaikat tidak mempunyai kuasa untuk membuat/ mencipta sebuah gambar rupa Allah. Tidak seorangpun, tidak ada kuasa apapun yang terpisah dari Bapa segala sesuatu, selain daripada Sang Firman Allah [yang mencipta]. Sebab Allah tidak memerlukan para malaikat ini, untuk menyelesaikan apa yang telah ditentukan-Nya sejak semula, seolah Ia tidak memiliki tangan-Nya sendiri. Sebab pada-Nya selalu hadir Sang Firman dan Kebijaksanaan, Sang Putera dan Roh Kudus, yang dengan Keduanya dan di dalam Keduanya.. Ia [Allah] menciptakan segala sesuatu; yang kepada Keduanya Ia berkata, �Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita.� (St. Irenaeus, Against Heresies, 4:20:1).

Thursday, June 22, 2017

Hati Yesus yang Maha Kudus

Pada satu kesempatan pernah ada yang bertanya mengapa �Hati� Yesus yang Maha Kudus dilambangkan dengan �jantung� yang bercahaya. Memang lucu kalau dipikirkan. Tapi akhirnya pastor pembimbing kami mengatakan bahwa �hati� dan �jantung� yang dimaksud bukanlah dalam artian fisik, melainkan suatu penggambaran dari �sumber kehidupan�. Kalau kita belajar tentang anatomi, maka kita tahu bahwa jantung itu memompa darah ke semua bagian tubuh melalui pembuluh darah. Bila kaki kita dimasukkan dalam es dalam waktu yang lama, darah di kaki akan membeku dan darah segar tidak bisa lewat lagi. Akibatnya kaki kita bisa terpaksa diamputasi karena membusuk. Bayangkan kalau jantung kita yang merupakan sumber kehidupan, berhenti memompa.... maka kita pun akan �tidak hidup� lagi.

Apakah jantung akan terus memompa apabila otak kita terus mempertanyakan kenapa jantung mampu membuat kita bangun, bekerja dan makan? Tidak. Jantung akan terus memompa walaupun kita tidak bertanya maupun memerintah. Apakah kita  akan mati kalau kita tidak yakin apakah jantung kita masih memompakan kehidupan bagi kita? Tidak. Jantung akan terus memompa darah walaupun kita tidak percaya kepadanya. Demikian pula dengan Yesus sumber kehidupan kekal kita. Ia tetap merupakan sumber kehidupan kita, untuk orang yang kecil yang tak pernah berdebat tentang teologi maupun untuk orang bijak dan pandai yang percaya pada diri sendiri dan kurang percaya pada Tuhan. Karena Ia lebih dari jantung kita, Ia setia memelihara kehidupan abadi kita.

Lalu untuk apa kita belajar tentang Yesus dan mencintai kehidupan yang dibawaNya bagi kita? Bayangkan apa yang terjadi ketika kita makan gorengan dan makanan tidak sehat setiap hari? Jantung kita akan makin sulit untuk memompa darah, bukan karena si jantung berhenti, tetapi karena banyak pembuluh darah yang tersumbat. Demikian juga dengan Yesus.... Yesus tetap setia seperti yang diajarkanNya sejak jaman Musa:  Tuhan, Allahmu itu, adalah Allah yang setia. Ia tetap memompakan kehidupan bagi kita, namun aliran kehidupan itu menjadi terhalang bahkan terputus karena dosa-dosa kita, kebencian kita. Maka ketika kita menghilangkan penghalang dosa-dosa, kita tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam kita, sama seperti kehidupan yang dialirkan oleh jantung kita.

Hari ini adalah HR Hati Yesus yang Maha Kudus yang dirayakan pada hari Jumat setelah HR Tubuh dan Darah Kristus. Tahukah anda kalau pada salah satu mukjizat Ekaristi di Lanciano dan di Buenos Aires, di mana hosti kudus berubah menjadi daging, ilmuwan menyimpulkan bahwa daging itu adalah daging dari jantung manusia? Jadi Ekaristi itu adalah di mana Yesus memberikan sumber kehidupanNya sendiri kepada manusia.

Mari kita belajar mengasihi karena Allah yang merupakan sumber kehidupan kita juga adalah sumber kasih.



Tuesday, June 13, 2017

Hukum yang Kekal, Pemahaman yang Meningkat

Rabu minggu lalu kita mendengar Yesus berkata bahwa Allah kita adalah Allah yang hidup. Hidup berarti terus menerus berubah. Tidak ada yang pasti kecuali perubahan itu sendiri, kata sebuah pepatah. Berubah berarti belajar terus menerus. Dan itulah yang diwariskan Yesus kepada kita, yaitu Roh yang memampukan kita belajar terus menerus menghadapi pemahaman dan situasi yang terus berubah, namun tetap di dalam hukum Allah yang kekal.
Kita menyaksikan beberapa hukum sudah berubah dari waktu ke waktu. Misalnya, dahulu mata ganti mati dan gigi ganti gigi. Namun kini hukum Gereja maupun hukum sipil telah menggantinya menjadi lebih beradab, yaitu denda atau penjara. Dahulu adalah lumrah untuk menghukum mati seseorang, namun kini di berbagai negara telah dilarang hukuman mati. Dahulu berbagai fenomena biologis dan psikologis seperti penyakit kusta, homoseksualitas dan down syndrome, dianggap sebagai hukuman Allah dan karenanya dapat dan bahkan wajib dikucilkan. Namun kini, fenomena itu perlu dilihat dalam perspektif kasih.
Padahal, hukum Allah itu sendiri tidak berubah. Namun pemahaman manusia atas hukum yang sama sering kali terperangkap di dalam tulisan. Alhasil, begitu banyak fanatisme yang mengarah kepada kekerasan dengan membawa nama Allah yang Maha Kasih. Bahasa telah disadari merupakan produk jaman. Kata yang sama dapat berubah arti ketika dibaca orang generasi sekarang dan generasi orangtuanya dulu. Contoh adalah kata �lokalisasi� yang dulu artinya positif namun kini malah menjadi kurang baik.  Karenanya kita membutuhkan pimpinan sesuatu yang kekal untuk memahami hal yang kekal pula. Kekal tidak berarti status quo, namun mampu untuk melampaui segala jaman. Karenanya Roh menjadi pimpinan kita untuk memahami hukum Allah yang sejati.


------------------
Rabu Biasa, 14 Juni 2017
Bacaan 1 : 2 Kor 3:4-11

Injil : Mat 5:17-19

Tuesday, June 6, 2017

Menyerahkan Asa pada Allah yang Hidup

Ada sebuah hutan di Jepang yang bernama Aokigahara. Arti harafiahnya adalah �Lautan pohon� karena lebatnya. Namun hutan ini memiliki alias yang kurang menyenangkan, yaitu �hutan bunuh diri� karena tiap tahunnya ada paling tidak 100 kasus bunuh diri terjadi di sana. Di Jepang bunuh diri adalah suatu tindakan untuk menyelamatkan nama baik yang hilang.  Nama baik adalah harta terbesar orang Jepang. Tidak disangkal bahwa setiap orang di dunia ini yang kehilangan sesuatu yang berharga akan merasa lebih baik bunuh diri.  Di Indonesia, tingkat bunuh diri makin hari makin meningkat. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), angka bunuh diri di Indonesia pada 2010 adalah 1,8 per 100 ribu atau terjadi lima ribu kasus per tahun. Pada 2012, angka tersebut meningkat menjadi 4,3 per 100 ribu atau 10 ribu kasus bunuh diri per tahun.

Sara, dalam bacaan pertama, ingin membunuh dirinya karena merasa putus asa. Ia telah menikahi 7 orang jejaka yang meninggal sebelum Sara sempat bersetubuh dengan mereka. Namun, Sara mengurungkan niat itu dan menggantinya dengan doa agar ia mati. Terbalik dengan di Jepang, bunuh diri di mata orang Yahudi bukanlah suatu kehormatan, malahan nista bagi yang ditinggalkan. Mengapa demikian? Yesus memberikan jawaban ini di dalam Injil: �Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup.� Bila Allah adalah Allah orang mati, maka jelas kita harus mati sebelum bertemu dengan Allah. Tapi Allah kita adalah Allah orang hidup. Ia menginginkan semua orang hidup. Maka bila ketika kesusahan hidup terasa berat, ketika tidak ada lagi yang rasanya dapat dipertahankan, dan rasanya kematian lebih baik daripada kehidupan, maka berdoalah seperti Tobit berdoa: �Ya Tuhan, suruhlah supaya aku lepas dari susah ini, biarlah aku lenyap menuju tempat abadi; janganlah wajah-Mu Kaupalingkan dari padaku, ya Tuhan. Sebab lebih bergunalah mati saja dari pada melihat banyak susah dalam hidupku.�

Dahulu Gereja Katolik sangat mengecam bunuh diri sampai pada level tidak akan memakamkan umatnya yang bunuh diri secara Katolik. Dalam perkembangan jaman, Gereja menyadari bahwa gejala ini tidak hanya disebabkan oleh karena kurangnya iman, melainkan juga karena faktor-faktor lainnya termasuk biologis dan psikologis. Kini pandangan Gereja lebih bersifat kasih, di mana Gereja terus mendoakan arwah-arwah akibat bunuh diri, namun tetap mengecam tindakan itu sendiri termasuk eutanasia. Gereja tetap memandang bahwa tindakan bunuh diri adalah berlawanan dengan tindakan kodrati mempertahankan kehidupan, melanggar cinta kasih sejati kepada diri sendiri dan kepada sesama, serta bertentangan dengan cinta kepada Allah yang hidup, kepada siapa kita berhutang kasih. Mari kita hidup bagi Yesus yang telah mati bagi kita.



----------------------------------
Rabu Biasa, 7 Juni 2017
Bacaan 1 : Tob 3:1-11a, 16-17a
Injil : Mrk 12:18-27
 

Thursday, June 1, 2017

Jujur.... lah padaKu

Ada 4 mahasiswa telat ikut ujian. Krn bingung kesiangan, mrk kompak sepakat saat memberi alasan sama saat dosen bertanya, dengan harapan dosen percaya dan berbaik hati dan mereka diberi kesempatan ujian susulan. Demikian kata mereka:
Mahasiswa A: pak, maaf kami terlambat
Mahasiswa B: iy pak, kami berempat naik angkot yangsama dan bannya meletus
Mahasiswa C: kami kasihan dengan sopir tersebut, jadi kami bantu dia pasang ban baru.
Mahasiswa D: oleh karena itu kami mohon kebaikan dan kemurahhatian bapak agar kami diperbolehkan ujian susulan.

Dosen berpikir sejenak, dan akhirnya keempatnya diijinkan ikut ujian tapi dalam 4 ruang yang berbeda. Ahhh mungkin biar kita tidak nyontek pikir mahasiswa itu.  Soal pertama dengan bobot nilai 10, dapat mereka kerjakan dengan senyum gembira. Tetapi... untuk soal nomor 2 dengan bobot nilai 90  membuat mereka keringat dingin bercucuran, karena soal kedua begitu jelas menguji kejujuran mereka:
"Kemarin, ban angkot sebelah mana yang meletus?".

Sebagai orang yang pertama kali mendengar cerita ini, mungkin anda tertawa atau tersenyum mendengar cerita ini. Tetapi sesungguhnya pertanyaan tentang kejujuran sering kita hadapi juga. Demikian juga Simon Petrus, mengalami hal yang sama ketika kejujurannya dipertanyakan Yesus yang notabene adalah gurunya sendiri. Mahasiswa-mahasiswa tadi memang tidak diragukan mereka paham ilmu yang diajarkan oleh sang dosen. Tapi soal kejujuran sang dosen meragukannya. Dosen tadi mungkin sekedar mengira-ngira bahwa mahasiswanya tidak jujur, tetapi dalam kisah Yoh 21: 15-19 Yesus bukan lagi mengira-ngira, Ia sungguh tahu apa yang ada di hati Simon, sampai akhirnya Simon menyadari makna pertanyaan Yesus tersebut.

Mengapa Yesus perlu bertanya sampai berulang-ulang kepada Simon "Apakah engkau mengasihi Aku?� Bukankah Simon Petrus adalah seorang murid beriman yang mengasihi Yesus? Yang waktu malam perjamuan sebelum Yesus ditangkap dengan berani berikrar "Tuhan aku bersedia masuk penjara atau mati bersama Engkau?" dan waktu Yesus ditangkap, ia berani memotong telinga hamba Imam besar? Apakah masih ada yang kurang dalam dirinya? Adakah yang salah dengan penghayatan akan iman dan kasihnya?

Ya, Yesus melihat apa yang dilakukan Simon bukanlah pemahaman kasih yang sesungguhnya, karena dalam diri sang murid ada harapan-harapan yang juga sering kita tiru tanpa sadar, yaitu nama besar, kepopuleran, selalu jadi yg utama, kesombongan, ingin menonjol. Yesus tidak suka itu semua karena semua itu adalah sumber kesombongan, sumber kehancuran seorang pelayan Tuhan. Dan itu terbukti sampai ketika ayam jago berkokok menyadarkan dia kembali.
Pertanyaan pada Simon adalah upaya pembaharuan iman dan kasih muridnya tersebut sebagai dasar motivasi mengasihi yang benar.

Bila kita amati baik-baik motivasi yang keliru yang dipandang Yesus sebagai batu sandungan pelayanannya adalah:

1. Sikap pamrih tentang siapa yang terbesar yang dilontarkan murid-muridNya yang dengan lantang mengatakan "Aku bersedia masuk penjara dan mati bersama Engkau" sebagai pembuktian. Kalimat itu dalam bayangannya akan membuka peluang tempat dan kedudukan. Itu tak disukai Yesus.

2. Kasih yang dilakukan karena prestise, demi gengsi, martabat, nama baik. Yesus sudah tahu, bahwa sejak saat Simon Petrus mengatakan "Biarpun semua org terguncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.�  Padahal semua akhirnya terbukti ketika dia menyangkal sebelum ayam berkokok.

 "Simon  anak Yohanes, apakah Engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka?
Ini adalah pertanyaan yang mengarah supaya Petrus melepaskan penonjolan dirinya di antara murid lainnya, untuk kembali pada pembaharuan iman kasihnya.

Simon anak Yohanes, apakah engkau mengasihi aku? (Tanpa kalimat: "lebih dr pd mereka ini?), dengan cara lebih lunak Yesus bertanya. Dan itu menyadarkan Petrus, menyengat dia untuk lebih rendah hati.   Kehalusan kata telah merobek kesombongannya.

 Simon anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku? Pertanyaan ke-3 meminta kejujurannya bahwa iman dan kasih adalah 2 hal yang harus dipertanggungjawabkan karena kelak akan menerima konsekwensinya. Meluruskan motivasi dan kesadaran akan pelayanannya. Dan akhirnya ia berani menjawab: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau".  Sikap baru yang rendah hati yang juga harus dimiliki oleh kita semua sebagai pelayan Tuhan, sebagai teladan penggembalaan. Sikap yang penuh kasih, jujur setia dalam iman kasih pelayanan.

Tuhan memberkati.
-----------------
Yoh 21: 15-19
Kis 25: 13-21

Recent Post